GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

Aksi Nyata Modul 1.4.a.10 Budaya Positif

Membentuk Budaya Positif dengan Kesepakatan Kelas dan Kegiatan - kegiatan Positif

A.  Latar Belakang

      Menurut Ki Hajar Dewantara, Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai anggota masyarakat maupun sebagai dirinya sendiri. Dalam proses menuntun, pendidik ibarat seorang petani yang tidak dapat merubah kodrat padi menjadi jagung ataupun sebaliknya, petani hanya dapat merawat benih dengan sebaik-baiknya agar menjadi tumbuhan yang berkualitas. Begitu pula pendidik, seorang pendidik hanya dapat memberikan tuntunan dan pembelajaran yang baik agar murid dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul. 
    Dalam Proses pembelajaran di sekolah, seorang pendidik haruslah mampu menciptakan lingkungan yang positif serta budaya yang positif. Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, Di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter peserta didik ke arah yang positif. Budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas yang akan berdampak pada budaya positif di sekolah dan berperan dalam visi sekolah. Mewujudkan budaya positif harus dilakukan sejak dini mengingat dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama dan konsisten dari setiap stakeholder yang ada. Sebagai seorang pendidik, tentu memiliki peran yang besar dalam mewujudkan disiplin positif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, guru dapat menerapkan budaya positif seperti bekerja sama dengan rekan sejawat, berinteraksi secara akrab dengan peserta didik, menerapkan sikap disiplin dan bertanggung jawab serta menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan di lingkungan kelas, salah satu langkah yang guru dapat lakukan adalah membangun budaya positif melalui komunikasi efektif.
        

B. Deskripsi Aksi Nyata

    Tujuan :
  1. Menerapkan budaya positif di kelas dan disekolah sehingga dapat menumbuhkan karakter baik pada siswa seperti mandiri, tanggung jawab, percaya diri, dan saling menghargai.
  2. Memberikan  pengalaman belajar bagi guru dan siswa seperti menunjukkan kepedulian, mengontrol diri sendiri dan orang lain, 
  3. Menjaga motivasi dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
  4. Menciptakan lingkungan yang positif bagi murid dan seluruh warga sekolah. 
    Tolak Ukur  :
  1. Terbentuknya "Keyakinan Kelas" melalui kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan bersama guru kelas dan murid
  2. Murid dan guru konsisten dalam menjalankan keyakinan kelas yang sudah disepakati
  3. Adanya karakter baik dalam diri siswa seperti kemandirian, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai saat kegiatan  pembelajaran  berlangsung
  4. Keaktifan siswa di dalam kegiatan pembelajaran
  5. Terciptanya lingkungan yang nyaman bagi murid dan seluruh warga sekolah.
    Rencana aksi nyata penerapan budaya positif:
  1. Membuat kesepakan kelas untuk melatih disiplin positif murid. 
  2. membuat komunitas praktisi untuk meningkatkan kerjasama dan kolaborasi guru dalam merancang dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar.
  3. Giat jumat, giat jumat ini kegiatan-kegiatan positif bagi murid seperti, jumat ibadah dengan kegiatan shalat dhuha berjamaah, jumat bersih dengan kegiatan kerja bakti, jumat sehat dengan kegiatan senam dan jumat ceria dengan kegiatan lomba.
  4. Sedekah koin, sedekah koin ini bertujuan mengajarkan dan memberikan pembiasaan kepada murid untuk berbagi dan peduli denga orang lain dengan sedekah
  5. Perayaan hari-hari besar islam untuk meningkatkan iman dan takwa.
  6. Memperingati hari-hari nasional untuk meningkatkan rasa nasionalisme.
    Dari ke enam rencana aksi nyata tersebut diatas, poin 3 sampai 6 adalah rencana aksi nyata untuk jangka panjang, dan semoga rencana aksi nyata tersebut dapat menjadi budaya di sekolah untuk sekarang dan masa yang akan datang. 

    Langkah - langkah aksi nyata :

  1. Menyusun program kegiatan
  2. Koordinasi dengan kepala sekolah tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
  3. Melakukan revisi rencana kegiatan hasil konsultasi dengan kepala sekolah
  4. Melaksanakan tindakan aksi nyata
  5. Melakukan evaluasi dan refleksi
  6. Melaporkan hasil kegiatan kepada kepala sekolah terkait perkembangan program kegiatan yang telah disusun dan dilaksanakan.

C. Hasil Aksi Nyata

      Dari beberapa aksi nyata yang telah diterapkan, ada beberapa hasil yang tampak 
  1. Murid tampak antusias dalam mengemukakan pendapat tentang sekolah yang mereka impikan. 
  2. Murid antusias dalam membentuk kesepakatan kelas
  3. Rekan sejawat menyatakan mendapatkan hal baru terkait dengan kesepakatan kelas. 
  4. Terwujudnya kolaborasi antar guru dan kepala sekolah
  5. Terciptanya kingkungan yang nyaman bagi murid.
  6. Murid berdisiplin dalam mengikuti pembelajaran, tetapi tetap nyaman dan merasa  aman.
  7. Murid menunjukkan sikap religius dengan selalu rajin berdoa setiap akan memulai kegiatan dan giat dalam melaksanakan shalat dhuha berjamaah.
  8. Murid menunjukkan sikap saling menghargai dan sopan.
  9. Murid menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan serta saling membantu dalam kebaikan.
  10. Murid bersegera mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
  11. Poster menjadi sarana membentuk Budaya Disiplin yang disepakai seluruh murid  dalam kelas.

E. Dokumentasi 





















Refleksi Terbimbing - Budaya Positif Modul 1.4.a.6.1

 Budaya Positif

1. Konsep inti Budaya Positif
    A. Disiplin Positif 

     Mendengar kata disiplin, kadang yang terlintas dibenak kita adalah tata tertib, aturan, patuh, teratur dan pelanggaran. Kadang, kata disiplin juga dihubungkan dengan hukuman  padahal disiplin belum tentu ada hukuman, apalagi untuk disiplin positif, dalam disiplin positif hukuman hanya menjadi alternatif terakhir untuk melakukan pendisiplinan,  bahkan bisa jadi hukuman tidak terpakai sama sekali dalam proses pendisiplinan tersebut.

    Makna kata disiplin adalah sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan.  Untuk menerapkan disiplin maka biasanya akan berhubungan dengan ketidak nyamanan. Akan tetapi untuk mendapatkan kemerdekaan atau kesuksesan, maka kunci utamanya adalah disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri. Disiplin itu sendiri dapat dipicu dari motivasi internal maupun motivasi eksternal. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan disiplin diri kita bisa belajar bagaimana mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

    Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

    Ada 3 Motivasi yang  mempengaruhi Perilaku Manusia

a. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini berarti mereka sebenarnya berperilaku hanya karena ingin menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 

b. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini maka mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 

c. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan        nilai-nilai yang mereka percaya

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini maka mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

     Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.  Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid. Ada beberapa ilusi dalam penerapan disiplin yang perlu diluruskan antara lain  : 

  • Ilusi guru mengontrol murid. 

  • Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. 

  • Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. 

  • Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

      B. Posisi Kontrol 

   Ada 5 posisi kontrol yang dapat dilakukan guru ataupun orang tua terhadap anak baik di sekolah maupun dirumah antara lain :

1. Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang- orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. 

2. Pembuat Orang Merasa Bersalah

pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.

3. Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.

4. Monitor / pemantau
Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.

5. Manajer

Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.


C. Kebutuhan Dasar Manusia 

Ada lima kebutuhan dasar manusia antara lain

  • Kebutuhan bertahan hidup

          Kebutuhan ini bersifat fisiologis yang berhubungan dengan kesehatan, rumah, pakaian dan kebutuhan primer lainnya.
  • Cinta dan kasih sayang atau kebutuhan untuk diterima

  Kebutuhan ini bersifat psikologis yang berhubungan dengan mencintai dan menyayangi  meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung.
  • Penguasaan atau kebutuhan pengakuan atas kemampuan

         Kebutuhan ini juga bersifat psikologis kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. 
  • Kebebasan atau kebutuhan akan pilihan

          Kebutuhan ini masih bersifat psikologis yaitu kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik
  • Kesenangan atau kebutuhan untuk merasa senang

Kebutuhan ini pun masih termasuk kebutuhan psikologis yaitu tentang kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa.


    D. Keyakinan Kelas

Keyakinan adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. 

Pembentukan Keyakinan Kelas: 

  • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 

  • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. 

  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. 

  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. 

  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 

  • Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 

  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu


       E. Segitiga Restitusi 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang.

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.

Ada tiga tahapan dalam melakukan persiapan untuk melakukan restitusi, antara lain :

  • Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity 

  • Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior 

  • Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief

2. Pengalaman yang berkaitan dengan konsep inti budaya positif.

    Terkait dengan konsep inti budaya positif, selama ini sudah ada beberapa konsep yang telah kami terapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, meskipun secara konsep kami baru memahaminya saat ini. Konsep budaya positif yang sering kali kami lakukan adalah terkait dengan posisi kontrol. Posisi kontrol yang sering saya lakukan adalah posisi kontrol sebagai pembuat orang merasa bersalah, teman dan pengawas atau monitor. Ketiga posisi ini sangat sering saya lakukan dalam menangani permasalahan - permasalahan di kelas maupun di sekolah. Namun tidak dapat dipungkiri  posisi kontrol sebagai penghukum dan manajer pun sesekali kami terapkan. 

   Contoh nyata dari penerapan posisi kontrol di kelas saya adalah untuk menangani murid saya dan yang sering terlambat dan jarang masuk kelas, sebut saja namanya Afgan. Awalnya Afgan terlambat, dan saya mengira bahwa ini adalah hal biasa karena terlambat bangun seperti anak-anak pada umumnya. Akan tetapi sama terulang dan terulang lagi. Kemudian saya mencoba mendekati anak kemudian memcoba berkomunikasi anak dengan bertanya masalah yang dihadapi sehingga anak tersebut terlambat hadir di sekolah. Saya mencoba membuat anak tersebut merasa bersalah untuk menyadari atas perilaku yang telah dilakukannya. 

      Untuk membangun kedisiplinan murid saya terkait dengan kedatangan mereka tepat waktu disekolah, saya membuat absen mandiri di kelas, absen mandiri ini terdiri dari 3 paket yaitu absen mandiri itu sendiri, daftar urut kehadiran dan jam hadir anak di sekolah. Dengan absen mandiri ini, selain disiplin murid juga belajar untuk jujur terhadap dirinya sendiri, karena merekalah yang menunjukkan sendiri jam kehadiran dan daftar urut kehadiran mereka setelah tiba di dalam ruang kelas. Dengan adanya absen mandiri ini, anak-anak terdorong untuk datang kesekolah tepat waktu, bahkan hadir lebih awal karena mereka berlomba untuk menempati posisi pertama di absen mandiri tersebut. 

        

3. Penerapan Segitiga Restitusi yang pernah saya lakukan

    Penerapan restitusi yang pernah saya lakukan adalah restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri. Dalam penerapannya, seperti pada kasus murid saya yang bernama Afgan, saya mencoba berbicara dengan dia, dengan membuat dia merasa bersalah agar dia bisa menyadari perilaku yang telah dia lakukan. Saya mencoba menuntun dia untuk melihat ke dalam dirinya, dengan mengajukan pertanyaan seperti "Cita-cita kamu apa ?", "Dengan perilaku kamu yang seperti ini, kira-kira bisakah kamu meraih apa yang kamu inginkan ?" , "Ada tidak manfaat yang kamu dapat jika kamu berperilaku seperti ini ?", . Tahapan ini menggambarkan tentang kegiatan validasi tindakan yang salah.

       

4. Perubahan yang terjadi setelah mempelajari tentang Budaya Positif

     Banyak hal berubah dalam perilaku maupun tindakan dalam mengelola kelas saya setelah mempelajari budaya positif. Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat kesepakatan kelas. Kedua penanganan terhadap murid yang melakukan kesalahan, dengan mencoba memahami apa kebutuhan murid  tersebut sehingga mereka berprilaku seperti itu. Ketiga, membuat kelas menjadi tempat yang nyaman bagi murid dengan mengajak murid untuk berkreasi bersama menghiasi kelas agar tampak lebih indah dan membuat hati murid menjadi lebih senang berada di dalam kelas. 

5. Pentingnya Budaya Positif untuk seorang pemimpin pembelajaran

      Untuk mewujudkan budaya positif di sekolah, perlu menggandeng semua pihak untuk menjadi pelaku dan pemangku kepentingan yang berkontribusi mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid. Prinsip perubahan menurut Ki Hajar Dewantara di kenal dengan trikon yaitu kontiniu atau berkesinambungan, konvergen atau kesamaan, universal, titik temu dan konsentris atau kontekstual.

  Konsep inti budaya positif sangatlah penting untuk seorang pemimpin pembelajaran, karena dengan memahami makna dari budaya positif agar mereka mampu menempatkan dirinya sesuai dengan tupoksinya, mampu memahami kebutuhan peserta didik dan seluruh warga sekolah serta mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi murid dan warga sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan pelajar profil pancasila.


6.  Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak/perbedaan  di                   lingkungan

  • Membulatkan tekad untuk melakukan perubahan baik di lingkungan sekolah
  • Bekerja keras dan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan teman-  teman sejawat tentang rencana kegiatan untuk menumbuhkan budaya positif sekolah
  • Melakukan koordinasi dengan komite sekolah tentang kegiatan menumbuhkan budaya positif 
  • Melakukan sosialisasi dengan orang tua siswa tentang program kegiatan penumbuhan karakter 

7.  Hal penting yang perlu dipelajari untuk menciptakan budaya positif di             kelas atau disekolah

     a. Bagaimana mengembangkan budaya positif

     b. Bagaimana menumbuhkan kerja sama tim untuk mewujudkan visi sekolah

8.  Langkah awal yang akan saya lakukan di sekolah setelah mempelajari           budaya positif

      Langkah awal yang akan saya lakukan setelah mempelajari budaya positif

a. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah 

b. Melakukan rapat penyusunan kegiatan untuk menumbuhkan budaya positif

c. Menebarkan kebaikan dan contoh baik