GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID


Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ketika kita bermimpi bersama, itu adalah awal sebuah kenyataan. Ketika kita bekerja bersama, mengikuti mimpi kita, itu adalah penciptaan surga di dunia.

Penanaman CILI (Cinta Lingkungan) dengan Program  SMS CILI


A. Latar Belakang 

Kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan lingkungan, karena setiap harinya manusia berhadapan dan berkontak langsung dengan keadaan alam disekitarnya. Suatu kehidupan lingkungan sangat bergantung dengan ekosistem, oleh karenanya penting untuk mendorong manusia supaya mencintai, melestarikan dan bertanggung jawab dengan menjaga ekosistem lingkungan. Masih banyak permasalahan lingkungan hidup yang dipicu oleh kurangnya kepedulian dan rasa tanggung jawab manusia, baik dalam menjaga maupun melestarikan lingkungan. Sama halnya di sekolah, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan sekolah menjadikan lingkungan sekolah tidak nyaman bagi murid-murid untuk belajar dengan baik. Sampah adalah salah satu permasalahan yang sampai saat ini  belum dapat diatasi dengan baik khususnya di sekolah kami. Karena kondisi itulah, maka perlu adanya pemberian pemahaman kepada anak-anak sejak dini  mengenai pentingnya kepedulian lingkungan yang dimulai dari pengurangan sampah di lingkungan sekolah . Kepedulian terhadap lingkungan perlu ditanamkan melalui pendidikan karakter peduli lingkungan khususnya di lingkungan sekolah. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter  yang baik .

Karakter merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada diri manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan karakter adalah tingkah laku, akhlak, dan watak. Pendidikan kerakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agak dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang berkarakter baik adalah yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.  

Pendidikan karakter bukanlah pendidikan instan yang langsung jadi, namun membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses internalisasi yang akan menguatkan terbentuknya perilaku tertentu. Hal ini menunjukan bahwa di dalam pendidikan karakter harus diawali dengan kemauan dan niatan yang baik serta tidak hanya dipikirkan akan tetapi dilakukan. Penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa. Anak usia sekolah dasar merupakan usia yang tepat bagi anak untuk memperoleh dasar-dasar pengetahuan sebagai kunci dari keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasanya nanti. 

Prestasi anak pada masa kanak-kanak juga memiliki korelasi dengan kesuksesannya dimasa depan, sehingga pada masa anak-anak ini perlu dimanfaatkan untuk menanamkan dasar pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut menjadi kebiasaan baik yang akan terinternalisasi ke dalam diri anak hingga dewasa nanti. Satu karakter yang tidak kalah penting untuk ditanamkan pada diri peserta didik sejak dini ialah sikap peduli terhadap lingkungan. Nilai karakter tersebut berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. Selain itu, mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Mengingat pentingnya lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan, maka alangkah baiknya pendidikan karakter peduli lingkungan ditanamkan sejak dini. Hal ini bertujuan agar anak dapat mencintai dan menjaga lingkungan tempat hidupnya.

Manusia sebagai pengelola lingkungan hidup memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu perlu ditanamkan semangat cinta lingkungan sejak usia anak-anak. Karena anak merupakan generasi penerus yang akan mengelola lingkungan selanjutnya. Jadi sudah sewajarnya jika mereka dibekali tentang cara mengelola lingkungan yang baik. Dan tahapan awal yang perlu kita lakukan dalam hal ini adalah menanamkan kecintaan terhadap lingkungan. 

Pendidikan karakter merupakan langkah tepat untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karenanya perlu strategi untuk menumbuhkan sejak dini kesadaran akan cinta lingkungan dengan program SMS CILI. Program ini sebagai upaya menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan membuat sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk belajar. Program ini merupakan program yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar yaitu SDN No. 11 Inpres Maliaya, dimana mereka belajar untuk mencintai lingkungan dengan cara mempraktekan secara langsung dalam kehidupan sehari -hari.
 

B. Tujuan 

Pendidikan Karakter merupakan hasil dari kebiasaan-kebiasaan yang melekat pada diri manusia.  Karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Pendidikan kerakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan  sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agak dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Tujuan program SMS CILI adalah 

1. Memberikan edukasi tentang permasalahan sampah dan bagaimana solusi mengelola sampah 

2. Membantu upaya pelestarian lingkungan sekolah yang bersih dan sehat 

3. Meningkatkan motivasi siswa akan pentingya berperan dalam kepedulian lingkungan sekolah 

4. Mengembangkan semangat kerelawanan dikalangan siswa yang terlibat secara langsung dalam kegiatan. 

5. Menciptakan generasi-generasi penerus yang peduli akan lingkungan hidup. 

Tujuan Program SMS CILI agar siswa sedini mungkin terbiasa untuk mencintai lingkungan dan berperilaku hidup sehat. Kegiatan SMS CILI  dilaksanakan selama siswa berada di lingkungan sekolah dan diharapkan akan menjadi kebiasaan yang membawa dampak baik bagi siswa ketika berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Program 2 SMS CILI  ini memiliki kontribusi yang sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter cinta lingkungan pada siswa. Program yang dicanangkan yaitu 
(1) Sepuluh Menit Siswa membersihkan sampah
(2) pengelolaan sampah 3R,   
(3) mewajibkan siswa membawa tumbler,
(4) tidak membeli makanan berbungkus plastik, serta 
(5) membuat bank plastik di lingkungan sekolah. 

Program SMS CILI  Sebagai Upaya Penanaman Karakter Cinta Lingkungan. Definisi program SMS CILI  adalah Setiap Murid Sadar Cintai Lingkungan adalah upaya menjaga kebersihan lingkungan sekolah terbebas dari sampah dan menata sekolah menjadi tempat yang nyaman. Program ini merupakan program yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar, dimana mereka belajar untuk mencintai lingkungan dengan cara mempraktekan secara langsung dalam kehidupan sehari -hari. Program ini ditujukan agar siswa memiliki karakter cinta pada lingkungan sejak dini. Program SMS CILI tidak hanya sekedar mengajarkan siswa untuk cinta terhadap lingkungan, akan tetapi mengajak siswa untuk mempraktekan secara langsung sehingga siswa paham bagaimana cara menjaga lingkungan. Program SMS CILI memiliki kontribusi yang sangat penting dalam memberikan pendidikan karakter cinta lingkungan pada siswa. Karena dalam program ini siswa diajarkan untuk mencintai lingkungannya dengan membiasakan lingkungan bebas dari sampah. 

Melalui program ini dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih untuk menunjang kesehatan fisik siswa dan anggota sekolah lainnya. Selain itu masih banyak juga efek baik yang diperoleh dari program SMS Cinta ini yang  pada dasarnya adalah pengenalan kepada siswa agar bisa mencintai lingkungan dengan cara-cara yang sederhana. 


C. Deskripsi Kegiatan 

Program SMS Cinta  dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, antara lain: 

1. Sepuluh Menit Siswa Membersihkan Sampah

Kegiatan Sepuluh Menit Siswa membersihkan sampah ini dijadwalkan setiap hari sekolah, yaitu 3 menit sebelum masuk kelas, 4 menit setelah jam istirahat dan 3 menit setelah jam pelajaran selesai. Harapannya dengan kegiatan ini akan mengurangi penampakan sampah yang ada dilingkungan sekolah dan setelah kebiasaan ini berlangsung maka murid akan sadar bahwa sampah harus di tempatkan di tempat sampah.

2. Pengelolaan Sampah 3R 

Selain menekan timbulnya sampah baru, sampah yang sudah ada juga harus dikelola dengan baik dengan cara dipilih sesuai jenisnya. Pendekatan pengelolaan sampah seyogyanya dilakukan melalui pendekatan berbasis 3R dan berbasis masyarakat, pengelolaan sampah secara terpadu dengan melaksanakan pengelolaan sejak dari sumbernya. 3R adalah upaya yang meliputi kegiatan mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) dan mendaur ulang sampah (recycle).  Kegiatan pengurangan sampah dapat berupa pembatasan timbulan sampah, pendaurulangan sampah, dan pemanfaatan kembali sampah, dimana proses pemilahan merupakan kegiatan penunjangan pokok proses pendaur ulangan. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat dapat digunakan sebagai referensi model yang mengedepankan paradigma 3R (R1 = Reduce, R2 = Reuse, R3 = Recycle). 

R1 adalah upaya mengurangi penggunaan sampah plastik

R2 adalah upaya memanfaatkan kembali sampah yang layak pakai

R3 adalah mengolah kembali sampah menjadi sesuatu hal yang berguna 

3. Mewajibkan siswa membawa tumbler. Ketika akan membeli minuman, siswa menggunakan peralatannya sendiri tanpa harus menggunakan plastik. Kebijakan tumblerisasi atau membawa tempat minum  tidak hanya berlaku untuk siswa, namun juga bagi guru dan semua warga sekolah dalam rangka program mengurangan sampah plastik di sekolah. 

4. Tidak membeli makanan berbungkus plastik Pihak sekolah menghimbau para siswanya untuk tidak membeli makanan berbungkus plastik. Jika terpaksa membeli makanan, siswa berinisiatif untuk menggunakan tumbler sebagai wadah makanannya. Kantin - kantin yang berada di sekolah juga dihimbau untuk menyediakan tempat makanan yang aman digunakan dan bisa dipakai sebagai wadah apabila ada siswa yang membutuhkan. 

5. Membuat Bank plastik di lingkungan sekolah Bank sampah yang dibuat di sekolah merupakan strategi dalam membangun kepedulian siswa agar dapat berteman dengan sampah, sehingga mendapatkan nilai ekonomis dari sampah tersebut. Bank sampah dapat dijadikan sebagai solusi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan nyaman dengan cara mengelola sampah yang dilakukan oleh siswa dengan dibantu oleh pihak sekolah. Proses dan cara kerja bank sampah ini sama dengan bank penyimpanan uang pada umumnya. Para nasabah dalam hal ini siswa dapat menyetorkan sampah yang dibawanya dari rumah, kemudian sampah dari siswa dikumpulkan dalam sebuah tempat kemudian setelah terkumpul disalurkan kepada pengelola sampah. Dari hasil penjualan sampah tersebut dimasukan ke dalam kas sekolah yang nantinya dimanfaatkan untuk membantu memelihara lingkungan sekolah. 


REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.3

                                                   REFLEKSI TERBIMBING MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

1.  Apa yang menarik bagi Anda setelah mempelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid? 

Banyak Hal menarik yang saya rasakan setelah mempelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah bahwa sejatinya semua program yang dijalankan oleh sekolah adalah bertujuan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid. Akan tetapi terkadang kita sebagai guru belum menyadari itu sepenuhnya sehingga lingkungan yang tercipta dalam program sekolah selama ini belum memberikan promosi suara, pilihan dan kepemilikan secara utuh. Secara tidak langsung kita telah menerapkan dalam berbagai kegiatan yang kita lakukan disekolah hanya saja kita belum mengetahuinya secara teori namun hakikatnya secara praktek sudah sangat sering kita lakukan.

 

2.  Apa yang mengejutkan yang Anda temukan dalam proses pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid?

Saya merasakan adanya sebuah kekuatan kolaborasi yang sangat luar biasa yang mengakibatkan adanya suatu kekuatan dan kesempatan untuk merancang program-program yang belum terfikirkan sebelumnya. Saya merasakan takjub akan hal tersebut. Ide-ide kreatif dalam bentuk program yang disampaikan oleh rekan-rekan CGP meyakinkan saya bahwa sebuah kolaborasi sangat penting dalam menciptakan kepemimpinan pada diri siswa. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler mengajarkan dan melatih murid untuk menjadi yang lebih baik. Dalam kegiatan tersebut murid dapat menggali potensinya

 

3.  Apa yang berubah yang akan Anda lakukan setelah memahami atau mempelajari materi ini?

Perubahan yang akan saya lakukan adalah dalam hal penerapan program intrakurikuler, kokurikuler serta ekstrakurikuler yang selama ini saya bidangi, agar lebih memberikan ruang promosi suara, pilihan dan kepemilikan sehingga akan menciptakan lingkungan yang menumbuhkan kepemimpinan murid. Selain itu saya akan mencoba mewujudkan program yang telah kami rancang dalam ruang kolaborasi.

 

4.  Apa yang menantang  bagi Anda untuk memahami apa yang disampaikan dalam modul ini?

Yang menjadi tantangan tentunya adalah bagaimana memahami tentang cara-cara atau strategi-strategi kongkrit dalam menciptakan 7 karakteristik lingkungan yang menciptakan kepemimpinan murid. Secara teoritis hal tersebut sangat mudah untuk dibayangkan namun secara kongkrit hal tersebut akan menjadi sebuah tantangan.

 

5.  Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program yang berdampak pada murid.

Sumber dukungan utama yang saya miliki  dalam menyusun program yang berdampak pada murid adalah rekan CGP yang ada di sekolah saya yang kebetulan ada pada angkatan yang sama. Dengan keberadaan beliau yang memiliki visi dan misi yang sama tentunya dapat memberikan penguatan dalam program nantinya. Selain itu, kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan utamanya adalah siswa adalah dukungan utama pula yang akan berimbas pada berjalannya program yang dirancang. Dukungan 7 modal sekolah sebagai aset juga adalah suatu dukungan yang tak terlepas dalam perencanaan dan penerapan program-program tersebut nantinya.

Koneksi Antar Materi Modul 3.2

 KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 3.2
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak , agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya, hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dalam proses menuntun, seorang guru harus mampu berlaku dan bertindak sebagai seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya agar mampu memberikan proses menuntun yang sesungguhnya dengan memaksimalkan segala sumber daya yang ada disekitar lingkungan anak. Seorang pemimpin pembelajaran seharusnya bisa memanfaatkan dan mengelola seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada sebagai aset/modal atau kekuatan  agar bisa  mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid dan guru.

Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.

Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Harapannya, dengan penerapan  nilai-nilai tersebut maka sekolah akan mampu mencetak SDM yang unggul yang merupakan pelajar sepanjang hayat dan memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.


Materi pada modul ini (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dan kemudian akan menuju kepada terwujudnya visi dan misi yang telah dibuat. 

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, kita meyakini bahwa anak lahir dengan keunikannya masing masing dan kewajiban kita untuk memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan praktek pembelajaran berdiferensiasi murid bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan mereka juga akan bisa belajar tentang nilai nilai kehidupan yang penting misalnya perbedaan, menghargai, mkna baru dari kesuksesan, kekuatan diri, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai penting lainnya yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara holistik.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal. 

Coaching adalah teknik atau strategi seorang pemimpin untuk menuntun dan mendampingi coachee menggali potensi dirinya dan memaksimalkannya. Coaching memberikan kesempatan terhadap coachee baik itu murid maupun rekan guru untuk berkembang dan menggali proses berpikir pada dirinya sehingga metakognisinya meningkat dan lebih berpikir kritis dan mencapai potensi diri yang optimal.

Coaching merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran. Coachig dilakukan dengan proses kolaborasi yang yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Dengan keterampilan coaching seorang guru dalam memimpin pembelajaran bisa mengetahui permasalahan yang terjadi di komunitas sekolah sehingga bisa diselesaikan dengan baik. Modal asset yang dimiliki oleh sekolah dapat dijadikan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pada modul ini sebagai  pemimpin pembelajaran kami telah mempelajari bagaimana cara mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Materi tentang pengambilan keputusan ini saat erat sekali kaitannya dengan tugas seorang pemimpin yang akan mengelompokkan modal aset untuk kemajuan sekolahnya. Berdasarkan cara penambilan keputusan ini pemimpin nantinya tidak akan salah pilih dan pendidikan yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan oleh semua pihak. Melaluin kekuatan yang dimiliki maka seorang pemimpin pembelajaran akan dapat menambil keputusan yang tepat sesuai dengan yang diharapkan agar tercipta pembelajaran yang berpihak pada murid yang merdeka belajar. 

Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.

1.      Murid

2.     Kepala Sekolah

3.     Guru

4.     Staf/Tenaga Kependidikan

5.     Pengawas Sekolah

6.     Orang Tua

7.     Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Faktor abiotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.

1.      Keuangan

2.     Sarana dan prasarana

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
  • Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Berikut perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset.


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia, 
2. Modal Sosial, 
3. Modal Fisik, 
4. Modal Lingkungan/Alam, 
5. Modal Finansial, 
6. Modal Politik, dan
7. Modal Agama dan Budaya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 

Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.


HUBUNGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya lebih banyak menggunakan pendekatan yang  berbasis masalah/kekuranan yaitu memusatkan perhatian kepada masalah atau isu, kekurangan kekurangan, apa yang mengganggu, apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja. Saya juga berpikir bahwa untuk pengelolaan sumber daya sekolah hanya merupakan tanggung jawab dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah saja.
Setelah mempelajari modul 3.2 ini saya lebih banyak memperoleh ilmu, informasi, pengalaman dan hal hal baru yang saya dapatkan dan jelas sekali ada perubahan dalam mengelola sumber daya dengan menggunakan pendekatan berbasis aset atau kekuatan. Saya juga mulai memahami bahwa semua warga sekolah memiliki tanggung jawab untuk menggali semua potensi sumber daya yang dimiliki.

RENCANA TINDAKAN AKSI NYATA
A. Latar Belakang

     Setelah melakukan pemetaan aset disekolah dengan 7 kategori, yang hasilnya ternyata sekolah memiliki aset yang luar biasa. Untuk itu sebagai upaya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya atau aset sekolah dalam mendukung pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid, guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu melakukan gerakan u perubahan ntuk memaksimalkan aset tersebut.


B. Tujuan

     Gerakan perubahan untuk memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang yang kondusif dan nyaman bagi murid, serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang melibatkan murid secara langsung secara aktif dan meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. 

C. Tolak Ukur
     Indikator  yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa kegiatan ini berjalan dengan baik adalah adalah terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman bagi murid dan warga sekolah, serta Keterlibatan murid secara aktif  dalam proses pembelajaran. 

D. Dukungan yang dibutuhkan 
     Untuk melaksanakan aksi nyata diperlukan kolaborasi dari semua pihak di sekolah, termasuk kepala sekolah, rekan guru, tenaga kependidikan, murid, dan komite sekolah selaku perwakilan orang tua murid.

E. Liminasa Tindakan yang akan dilakukan 
     Dalam pelaksanaan kegiatan aksi nyata modul 3.2, saya menyusun kerangka tindakan model BAGJA. 







SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SALAM BAHAGIA

RAHMATIAH
Calon Guru Penggerak Angkatan 3
Kabupaten Majene


Demonstrasi Kontekstual

DEMONSTRASI KONTEKTUAL
MODUL 3.2 

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. Calon Guru Penggerak dapat menerapkan pemetaan aset yang dimiliki oleh sekolahnya melalui penugasan mandiri.
  2. Calon Guru Penggerak menganalisis sejauh mana potensi kekuatan aset yang sekolahnya miliki dibandingkan dengan semua sumber daya yang seharusnya dimiliki sesuai dengan peraturan negara.
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Setelah kita bersama-sama berproses, berlatih melihat, dan mengidentifikasi aset serta kekuatan yang dimiliki oleh daerah bersama rekan lainnya, saatnya kita melihat ke sekolah kita sendiri. Kekuatan dan aset apa yang kita miliki dari masing-masing sumber daya yang ada.
Gunakan pertanyaan - pertanyaan di bawah ini untuk membantu mengidentifikasi aset atau kekuatan yang dimiliki.
  1. Apa yang kami kuasai?
  2. Apa yang paling kami banggakan dari sekolah ini? Dari murid-murid kami?
  3. Apa yang membuat kami unik?
  4. Kekuatan apa yang kami miliki dan berharga untuk masyarakat/komunitas sekitar?
  5. Apa yang telah sekolah lakukan dan miliki yang lebih baik dari orang lain?
TAGIHAN 
  1. Buatlah pemetaan tujuh kelompok aset -- sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Hasil pemetaan bisa dalam bentuk apa pun sesuai dengan kreasi masing-masing
  2. Kirimkan file Ms.Word hasil tulisan reflektif maksimal 500 kata dan unggah hasilnya sesuai petunjuk.
A.  Pemetaan Aset  / Sumber Daya Sekolah

Nama CGP                             : RAHMATIAH, S.Pd.SD

Nama Sekolah                        : SDN NO. 11 INPRES MALIAYA

Nama Kepala Sekolah            : SUPRIADI S.Pd.I
 

    Setelah mempelajari modul 3.2 yaitu Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya mendapatkan pengetahuan bahwa sekolah sebagai ekosistem dimana terjadi interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis serta saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatam aktif satu sama lainnya. Inilah yang mencirikan satu pola hubungan dimana saling menunjang pada sebuah lingkungan tertentu.

  Sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya harus mampu mengidentifikasi potensi atau kekuatan dan aset/modal yang ada di sekolah dengan menggunakan sebuah pendekatan yaitu pendekatan berbasis aset (asset based thingking). Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Pendekatan ini selanjutnya disebut Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).
      Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan ini juga menekankan pada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
    Dari hasil pemetaan kami di SDN No. 11 Inpres Maliaya , kami mengelompokkan aset berdasarkan 7 kategori berikut antara lain :

1. Modal Manusia

    Modal besar yang dimiliki oleh sekolah adalah sumber daya manusianya, tanpa tanpa sumber daya manuasia mustahil sekolah atau sebuah komunitas dapat berjalan, dan modal manusia yang kami miliki di sekolah antara lain :

  • Kepala Sekolah kualifikasi S1
  • Guru sejumlah 15 orang dengan kualifikasi S1
  • Tenaga Kependidikan yang terdiri dari
    1. Tenaga Administrasi 1 Orang
    2. Operator 1 Orang
    3. Pustakawan 1 Orang
    4. Petugas Kebersihan 1 Orang
    5. Penjaga Sekolah 1 Orang
    6. Keamanan 1 Orang
  • Pengawas Sekolah kualifikasi S1 
  • Komite sekolah yang sangat kooperatif
  • Orang tua/wali murid yang sangat peduli
  • Masyarakat sekitar yang sangat peduli 
  • Murid dari 11 kelas (rombel) sejumlah 215 orang

2. Modal Sosial

  • Komite sekolah yang sangat mendukung kegiatan sekolah dan banyak membantu kami dalam pelaksaan program sekolah
  • KKG yang aktif, dimana saya sendirilah yang menjabat sebagai ketua KKG.
  • Ekstrakurikuler, kegiatan ekskul yang aktif adalah kegiatan kepramukaan, dimana kegiatan tersebut sangat membantu kami dalam hal menumbuhkan kreativitas murid dan karakter baik murid.
  • Mitra sekolah, banyak lembaga-lembaga yang menjadi mitra sekolah salah satunya adalah Puskesmas, yang senantiasa memantau kesehatan murid-murid kami setiap bulan, dan siap sedia menerima kami ketika ada keadaan darurat terkait kesehatan murid-murid kami.


3. Modal Fisik 

    Modal Fisik Bangunan

  • Ruang kelas sebanyak 11 Ruang
  • Ruang Kepala Sekolah =  1 Ruang
  • Ruang Guru    =  1 Ruang
  • Ruang Perpustakaan  = 1 Ruang
  • Laboratorium Komputer  =  1 Ruang
  • WC 
    1. WC Guru 1 Unit
    2. WC Kepala Sekolah 1 Unit
    3. WC Murid 3 Unit
  • Gudang = 1 Ruang
  • Lapangan, dihalaman sekolah untuk lapangan bulu tangkis  dan dibelakang sekolah untuk lapangan sepak bola mini
 Modal Fisik Infrastruktur 
  • Jaringan Listrik
  • Jaringan Internet
  • Sumur sebagai sumber air minum
  • Laptop
  • Proyektor
  • Mobilier, dan 
  • Media pembelajaran
 
4. Modal Lingkungan/Alam
    Sekolah kami berada dipedesaan jadi masih bebas dari polusi, dimana disekeliling kami masih terdapat banyak pepohonan yang membuat lingkungan sekitar sekolah menjadi nyaman. 
  • Laut, sebagai daerah pesisir pantai, terkadang kami menjadikan laut dan pantai sebagai media pembelajaran. Untuk mapel PJOK khususnya materi renang maka tempat yang kami datangi untuk melakukan praktek adalah laut.
  • Sungai, selain laut tempat kedua yang kadang kami gunakan sebagai media pembelajaran adalah sungai, jika kami merasa jenuh belajar dikelas, maka kami akan membawa murid kami menuju ke sungai. 
  • Sawah, selain laut dan sungai tempat ketiga yang kadang menjadi media pembelajaran kami adalah sawah. Untuk belajar ekosistem maka kami membawa murid kami langsung turun kesawah untuk melihat apa unsur biotik dan abiotik yang ada di ekosistem sawah. 
  • Perkebunan, daerah kami adalah daerah masih sebagian besar penduduknya bekerja di perkebunan. hasil perkebunan terbesar di daerah kami adalah coklat dan  cengkeh, tetapi disekitar kami juga banyak kebun sayur dan buah. 
 
5. Modal Finansial
 
Modal finansial merupakan dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas, yaitu:
  1. Dana Bos Reguler
      Dana Bos Reguler adalah satu-satunya dana yang kami gunakan untuk biaya operasional sekolah, baik untuk kegiatan sekolah mamupun untuk perawatan sekolah Karena sudah lama sekolah kami tidak pernah mendapatkan bantuan untuk rehabilitasi sekolah.

     2. PIP
        PIP adalah bantuan kepada siswa yang kurang mampu, namun selama 2 tahun terakhir kami juga mendapatkan PIP dari Dana Aspirasi Anggota DPR Pusat Ratih Singkarru yang memberikan bantuan kepada semua murid kami yang tidak mendapatkan bantuan PIP Reguler tanpa terkecuali.

     3. Dana Bantuan SPAB
    Dana Bantuan SPAB adalah bantuan yang diberikan kepada sekolah kami yang terdampak gempa pada tanggal 14 Januari 2021, dana tersebut sebesar Rp. 17. 000.000 dan digunakan untuk kegiatan pemulihan dampak bencana. 

6.  Modal Politik
    Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas, yaitu:
  • Pemerintah Desa, pemerintahan yang ada di desa kami sangat mendukung kegiatan di sekolah kami terutama karena kepala desa yang menjabat sekarang adalah orang yang pernah menjadi salah satu guru di sekolah kami.
  • Aspirasi DPR,  seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa sekolah kami adalah salah satu sekolah yang mendapatkan bantuan Dana Aspirasi Anggota DPR Pusat Ratih Singkarru dalam bentu PIP. 
  • Komite sekolah yang menjadi salah satu tempat kami mengadu jika terjadi persoalan disekolah. 
7.  Modal Agama dan Budaya
  • Budaya Sayyang Pattu'du, budaya ini adalah bentuk apresiasi terhadap anak yang sudah mengkhatamkan bacaan Alqur'annya dan sudah menjadi tradisi di sekolah kami untuk melaksanakan Budaya Sayyang Pattu'du ini setiap penamatan murid kelas VI. 
  • Maulid Nabi, sudah menjadi kebiasaan di Gugus kami untuk memperingati Maulid Nabi, dan kami menggilir tempat pelaksanaannya di 10 sekolah yang tergabung dalam gugus kami yaitu Gugus Manaraya.
  • Budaya tabe, budaya ini sudah mulai memudar dikalangan anak-anak dan remaja khususnya di daerah kami, kami ingin kembali menggakkan gerakan Budaya Tabe agar kembali membumi khususnya di daerah kami. 
  • Budaya gotong royong, di daerah kami budaya gotong royong masih sangat kental, karenanya jika kami butuh bantuan maka kami hanya perlu komunikasi dengan para orang tua murid. 

B. Tulisan Reflektif Terhadap Hasil Analisis Aset/ Sumber Daya yang Dimiliki Sekolah
 
  1. Apa yang kami kuasai?
    Hal yang kami kuasai  adalah lingkungan sekolah yang kondusif dan sumber daya manuasia yang kooperatif serta mampu beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan perkembangan zaman. 

     2. Apa yang paling kami banggakan dari sekolah ini? Dari murid-murid kami?

      Yang kami banggakan dari sekolah ini adalah kerja sama yang baik dan warga sekolah yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi murid maupun gurunya dengan didasarkan pada nilai kemanusiaan. Budaya positif yang menjadi program sekolah yaitu berbagi dengan menyisihkan uang belanja murid melalui kotak amal yang disediakan oleh sekolah  dan setiap hari jumat melakukan shalat dhuha berjamaah, dan sekali sebulan kami akan membagikan dana yang terkumpul untuk orang-orang yang membutuhkan. Kegiatan tersebut belum ada disekolah lain di Kecamatan Malunda. 

        Yang bisa dibanggakan dari murid kami adalah, mereka memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Meskipun sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari keluarga yang kurang mampu akan tetapi itu tidak menyurutkan semangat mereka dalam belajar, mereka tetap mampu bersaing dengan murid-murid yang lain. 

      3.  Apa yang membuat kami unik?

        Yang membuat sekolah kami unik adalah sekolah kami terletak di perbatasan antara Kabupaten Majene Mamuju dan lebih dekat dengan pemerintah provinsi atau ibu kota Provinsi Sulawesi Barat dibanding ibu kota Kabupaten Majene dan berada di jalan Poros Majene Mamuju sehingga sangat rentang mendapatkan kunjungan baik dari Dinas  Kabupaten Majene maupun Dinas Provinsi. 
    SDN No. 11 Inpres Maliaya  adalah satu-satunya sekolah di Kecamatan Malunda  yang memiliki program unggulan sedekah koin dan berbagi yang mengajarkan anak didik kami sejak dini untuk berbagi dengan sesama.
 
      4. Kekuatan apa yang kami miliki dan berharga untuk masyarakat/komunitas sekitar?

        Kekuatan yang dimiliki SDN No. 11 Inpres Maliaya  mampu menjalin hubungan baik dengan warga sekitar, aparat dan juga komunitas luar sekolah demi mewujudkan tujuan untuk memajukan kualitas Pendidikan yang berdampak juga untuk masyarakat sekitar. 

       5. Apa yang telah sekolah lakukan dan miliki yang lebih baik dari orang lain? 
        
        Sekolah kami terus berbenah dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir (2019-2021) tepatnya sejak saya menjabat sebagai bendahara Dana BOS, terbukti banyak perubahan sekolah dan tampilannya makin dinamis. Kepala Sekolah juga memberi kesempatan seluas-luasnya bagi warga sekolah untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
 

Salam guru Penggerak

Rahmatiah, S.Pd.SD
CGP Angkatan 3 Kabupaten Majene

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1


KONEKSI ANTAR MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert


Dari ungkapan tersebut diatas, mengandung makna yang sangat mendalam. menurut pandangan saya mengajarkan sebuah teori kepada anak adalah baik namun mengajarkan mereka nilai-nilai kebajikan itu jauh lebih baik, karena dapat memanusiakan manusia. Jika murid - murid kita memahami nilai-nilai kebajikan maka mereka akan memiliki prinsip dalam hidup yang lebih memanusiakan manusia. 

Untuk menyelesaikan tugas ini maka kami harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Tujuan pendidikan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu, menuntun segala kodrat yang ada pada anak  untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai masyarakat maupun sebagai dirinya sendiri. 

Dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara yang telah kita pelajari pada modul 1.1 , ada pegangan penting yang perlu menjadi pengingat bagi kita sebagai seorang guru  untuk berfikir dan bertindak dalam dinamika proses pembelajaran. Prinsip utama dalam pendidikan adalah bahwa  Guru adalah "penuntun " segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran  dengan kearifan lokal dan semboyan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara  yaitu " Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani." 



Disini tedapat penekanan  paradigma di mana guru tidak lagi bertindak sebagai sumber utama informasi dalam proses pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi anak didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pendidikan yang memerdekakan sesuai profil Pelajar Pancasila , maka guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. 

Ing ngarso sung tulodho” yang  memiliki arti di depan memberikan teladan, dari kalimat tersebut tergambar bahwa  peran seorang guru adalah untuk memberikan teladan bagi anak didiknya.  Untuk menjadi teladan maka guru harus memiliki hal-hal yang dapat diteladani. Seorang guru dapat menjadi teladan dengan terlebih dahulu menempatkan kepentingan murid menjadi sebuah prioritas yang notabene membuat guru tersebut harus memikirkan segala hal yang baik untuk kepentingan sang murid. Dalam istilah lain, Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa seorang guru harus “berhamba pada anak.” Ketika guru memenuhi pemikirannya dengan kepentingan murid-muridnya maka saat guru selaku pemimpin pembelajaran dihadapkan pada keadaan di mana dia harus mengambil keputusan yang mungkin sulit mengenai murid-muridnya, maka dia akan memilih keputusan yang berpihak kepada murid dan bukan hanya kepentingan dirinya sendiri. Apa yang terbaik bagi murid-muridnya harus dikedepankan.

“Ing madyo mangun karso” memiliki arti di tengah memberikan serta membangun semangat. Sebagai penyemangat, maka seorang guru harus terlebih dahulu dipenuhi oleh semangat tersebut. Semangat yang membara untuk murid-muridnya dapat mencapai kemajuan serta kebahagiaan. Murid seringkali tampil tanpa semangat disebabkan beban yang dihadapi serasa berat. Di sinilah peran guru untuk mengiringi di samping dan terus menyemangati agar murid-muridnya tidak menyerah dan terus maju. Guru dapat berperan sebagai rekan/ teman/ sahabat bahkan orang tua bagi murid agar mereka merasa tidak sendirian dalam mengarungi pendidikan yang sedang dijalani dan memiliki kepercayaan bahwa guru akan selalu ada memberikan kekuatan dan tuntunan di saat yang paling dibutuhkan. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka guru selalu ingin menuntun dan melakukan coaching terhadap murid-muridnya agar mereka dapat menemukan sendiri jawaban atas setiap kesulitan mereka. Guru berperan sebagai coach yang menuntun perlahan dan memberikan kesempatan murid berefleksi dan berpikir serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab untuk kehidupannya. Semangat yang dikobarkan sang guru akan memampukan murid mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.

“Tut wuri handayani” memiliki arti mengikuti serta memberikan dorongan dari belakang. Hal ini dapat dipandang sebagai peran guru yang memberikan ruang bagi murid-muridnya untuk dapat berkembang sendiri tanpa banyak dipayungi oleh guru. Kesempatan untuk berkembang diberikan sambil guru tetap mengikuti dan memberikan dorongan positif dari belakang agar muridnya dengan keteguhan melangkah dan menemukan potensi-potensinya serta identitasnya yang sejati. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka seorang guru akan berpikir mengenai keputusan yang akan dapat memunculkan kepribadian sang murid serta bagaimana murid-muridnya dapat berkembang sebagai pribadinya yang unik. Guru berperan sebagai fasilitator yang hanya menunjukkan jalan agar murid dapat sampai pada tujuannya.

Semboyan pendidikan  menekankan interaksi siswa-guru dan terdiri dari Guru sebagai model (bagi mereka yang di depan harus menjadi figur model), memberikan motivasi (bagi mereka di tengah harus memotivasi), dan mendorong (bagi mereka yang di belakang harus mendorong) dalam keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan, termasuk dalam pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas haruslah  berpihak dan memerdekakan murid sehingga menjadi pembelajaran yang positif bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri serta keputusan yang bertanggung jawab tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. 

Diharapkan bahwa murid  akan lebih nyaman untuk berkomunikasi, menyampaikan ide dan pendapatnya dan menentukan pilihan keputusan yang bertanggung jawab untuk diri dan komunitasnya , dan para guru akan lebih mengarakan segala pikiran, tindakan dan keputusan pada prinsip keberpihakan kepada murid.


  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang Guru, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Selain nilai-nilai tersebut ada nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri yang telah ditanamkan oleh orang tua kita dan guru-guru kita. Nilai-nilai tersebut  sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter dan perilaku.  Nilai - nilai tersebut juga sangat berpengaruh  terhadap setiap pengambilan keputusan  yang kita ambil. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. 

Begitu juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Ketika kita berbicara tentang pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam membantu mereka memahami permasalahan dan mencari solusi berdasarkan potensi yang dimilikinya.  Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah. Proses coaching yang dialami murid dalam proses pembelajaran  ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid untuk memaksimalkan potensinya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. 

Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

Akan tetapi tentu saja setiap guru adalah pribadi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap guru juga memiliki keunikan tersendiri dan dipengaruhi oleh prinsip-prinsip hidup yang dianutnya dan dipercayainya. Semua prinsip hidup ini akan mempengaruhi cara guru memandang murid dan tentu saja mempengaruhi setiap keputusan yang akan dibuat mengenai murid-murid tersebut. Nilai-nilai seorang guru haruslah dipenuhi dengan nilai kemanusiaan yang hakiki sehingga nilai-nilai tersebut akan membantunya membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid-muridnya.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntun guru dalam pelaksanaan praktik coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk menggali potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW . GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. 

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T   : Tujuan

I    : Identifikasi

R   : Rencana aksi

Ta : Tanggung jawab

Prinsip coaching dapat kita lakukan pada diri sendiri atau guru yang mengalami dilema ini. Kita bisa membantu dengan menanyakan pertanyaan pertanyaan reflektif yang harus dijawab untuk bisa menemukan solusi atau keputusan terbaik. Pertanyaan (guiding questions) tersebut diharapkan mampu mengarahkan keputusan kita menjadi tepat. Ketika kita akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, kita melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar sebelum keputusan kita buat. Kita harus mengenali dengan jujur apakah masalah yang sedang dihadapinya tersebut sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Untuk diingat kembali perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah bahwa pada sebuah bujukan moral ada nilai salah yang terkandung di dalam keputusan tersebut. Bila kita sudah dapat mendeteksi ada kesalahan atau ketidakbenaran di dalam permasalahan tersebut, seharusnya respon yang kita ambil adalah menolaknya. Bujukan moral hanya membawa kita kepada kepada kesalahan yang lebih mendalam bila kita memilihnya, karena memang mengandung sebuah ketidakbenaran.

Akan tetapi bila permasalahan yang kita hadapi memiliki kebenaran secara moral dari kedua sisi yang bertentangan, maka kita sedang berhadapan dengan sebuah dilema etika. Respon yang harus diambil pada sebuah dilema etika adalah:

(1) mengenali adanya nilai nilai yang saling bertentangan,

(2) mempertimbangkan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut,

(3) mengumpulkan seluruh data dan fakta yang relevan, lalu kita wajib

(4) menguji benar lawan salah. Uji tersebut dapat meliputi:

  • uji legal untuk melihat apakah ada ranah hukum yang dilanggar,
  • uji regulasi profesionalitas untuk melihat apakah ada yang bertentangan dengan aturan secara profesional,
  • uji intuisi mengecek apa kata hati nurani kita,
  • uji publikasi dan juga
  • uji panutan atau idola.

(5) Bila keputusan tersebut lolos melalui uji benar lawan salah, maka harus dilakukan uji benar lawan benar di mana kita dapat memandangnya dari empat paradigma yang ada meliputi:

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community),
  • rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),
  • kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan
  • jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term).

(6) Kemudian permasalahan ini kita coba cari resolusinya dengan menggunakan cara pandang atau prinsip resolusi penyelesaian dilema. Apakah kita akan memandangnya melalui prinsip

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking),
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), atau
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

(7) Kemudian kita juga dapat mencari jalan tengah yang dapat diambil atau seringkali disebut Investigasi Opsi Trilema agar keputusan tidak harus saling berlawanan (win win solution).

(8) Bila semua telah dipertimbangkan maka kita dapat dengan yakin mengambil keputusan akhir yang terbaik serta

(9) direfleksikan kembali, apakah keputusan tersebut sudah yang terbaik yang dapat diambil.


  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Seorang guru adalah seorang pemimpin pembelajaran di kelas, yang sudah seharusnya mampu memahami kondisi emosional dirinya. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, terkadang masalah tersebut akan memicu emosi kita. Dalam pengambilan keputusan, haruslah dengan pikiran yang tenang. Jika kita mengambil sebuah keputusan dalam keadaan emosi, yakin dan percaya bahwa keputusan yang kita ambil bukanlah keputusan yang terbaik karena masih terpengaruh oleh amarah dan belum bisa menilai permasalahan secara objektif. Dalam keadaan emosi baiknya kita menenangkan diri dengan menggunakan teknik stop, agar hati dan pikiran kita kembali tenang. Setelah tenang barulah kita menganalisis kembali permasalahan yang ada dengan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang Guru harus dihadapkan pada permasalahan yang dilematis dan masuk ke ranah abu-abu antara masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru  seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, dan nilai-nilai kebajikan yang telah tertanam dalam dirinya tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru.

Pada dasarnya nilai dan peran seorang pendidik dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada murid mengambil peran penting. Pengambilan keputusan pada masalah moral atau etika yang benar,tepat sasaran dan minim resiko bagi anak didik adalah tujuan utama. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , maka diharapkan dapat diperoleh keputusan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut.  Merefleksikan kembali akan menghasilkan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan serta mampu meminimalisir kemungkinan atau resiko yang akan terjadi dari ketidaktepatan putusan yang diambil  tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

Setiap guru pasti juga dibesarkan dan dididik dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda dengan kebiasaan dan juga nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut tentu saja membentuk moral seorang guru serta etika apa yang dipercayainya serta dilakukannya dalam kesehariannya. DI dalam budaya yang berbeda, seringkali kita temukan perbedaan cara pandang dan cara pikir yang mereka pahami sebagai sebuah kebenaran dan memang berlaku secara luas di dalam masyarakat tersebut. Atau juga kepribadian unik seorang guru akan membentuk nilai-nilai yang dipercayainya. Hal ini seringkali dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Misalnya, ada yang fokus untuk memandang masalah tersebut melalui hasil akhir yang akan terjadi (End based thinking) karena dia dididik untuk selalu memberikan hasil terbaik. Ada juga yang berfokus pada peraturan yang berlaku (Rule based thinking) karena dia dididik untuk selalu mematuhi peraturan yang ada. Bahkan ada yang selalu melihatnya dari sisi kemanusiaannya (Care based thinking) meskipun itu dapat berpotensi melanggar aturan dan lainnya.   


  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.




Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, serta juga melalui refleksi dan sikap bijaksana maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, kita dapat meminimalisir resiko dari keputusan yang telah kita ambil. 

Keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid yang senantiasa menjadi tujuan dan visi seorang guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran pada akhirnya akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua. Bila seorang guru selalu memiliki kepedulian dan keberpihakan pada murid, maka dia akan melakukan apa saja agar sang murid dapat maju dan meraih hal yang baik. Hal itu tentunya akan membuat murid-muridnya semakin merasa aman dan nyaman dalam belajar dan menjadi pribadi unik yang Tuhan ciptakan, serta lingkungan yang terbentuk akan saling mendukung serta kondusif.


  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan sulit dan bertentangan seringkali terletak pada paradigma masing masing pihak dalam memandang situasi tersebut. Bila pihak yang terlibat tidak memiliki cara pandang yang sama serta penekanan kepentingan yang selaras, maka akan sulit dijadikan sebuah keputusan yang baik. Bila semua dapat berkomunikasi dengan baik dan menyatukan pendapat mengenai paradigma yang akan dipakai dalam memutuskan sebuah permasalahan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan dapat diatasi, atau minimal menjadi semakin ringan untuk diputuskan tanpa menimbulkan gesekan atau masaah di kemudian hari.

Kesulitan terbesar yang saya alami ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan adalah kurangnya rasa percaya diri untuk pengambilan keputusan itu sendiri. banyak pertimbangan dan hal-hal yang saya pikirkan sehingga keraguan kadang menghantui ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan, terutama lingkungan masyarakat atau orang tua murid, yang kadang anarkis ketika keputusan yang kita ambil tidak dapat diterima oleh orang tua murid. 


  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pada konteks merdeka belajar, pengambilan keputusan yang tepat dengan melalui tahapan yang dapat dipertanggung jawabkan serta mengarahkan pada proses pembelajaran kepada prinsip keberpihakan pada murid, akan dapat memilki pengaruh besar pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan anak secara holistic. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat "menuntun" dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.  


  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sejalan dengan konsep pemikiran Ki hadjar Dewantara bahwa Pendidikan itu haruslah memerdekakan dan menuntun anak sesuai kodratnya, sehingga terbentuk manusia yang bertumbuh kembang secara Holistic maka, Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid , maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.  


  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai seorang Guru dan Pemimpin pembelajaran sangat penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills).  Diharapkan proses pengambilan keputusan dalat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.Untuk dapat mengambil keputusan, diperlukan prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim. 

Ada 3 prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144), yaitu 

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), 

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan 

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). 

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Disamping itu untuk memastikan keputusan yang diambil itu benar dan tepat sasaran, maka perlu dilakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap kasus yang kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu :

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut

2) Menentukan siapa yang terlibat

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam kasus tersebut

4) Melakukan Pengujian :

  •  Uji Legal
  •  Uji regulasi/standar
  •  Uji Intuisi
  •  Uji Halaman depan koran
  •  Uji Panutan/idola

5) Melakukan Pengujian Paradigma Benar Vs Salah

6) Menetapkan Prinsip Pengambilan Keputusan

7) Investigasi Opsi Trilema

8) Membuat Keputusan

9) Lihat kembali keputusan dan melakukan refleksi