GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1


KONEKSI ANTAR MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert


Dari ungkapan tersebut diatas, mengandung makna yang sangat mendalam. menurut pandangan saya mengajarkan sebuah teori kepada anak adalah baik namun mengajarkan mereka nilai-nilai kebajikan itu jauh lebih baik, karena dapat memanusiakan manusia. Jika murid - murid kita memahami nilai-nilai kebajikan maka mereka akan memiliki prinsip dalam hidup yang lebih memanusiakan manusia. 

Untuk menyelesaikan tugas ini maka kami harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Tujuan pendidikan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu, menuntun segala kodrat yang ada pada anak  untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai masyarakat maupun sebagai dirinya sendiri. 

Dalam Filosofi Ki Hajar Dewantara yang telah kita pelajari pada modul 1.1 , ada pegangan penting yang perlu menjadi pengingat bagi kita sebagai seorang guru  untuk berfikir dan bertindak dalam dinamika proses pembelajaran. Prinsip utama dalam pendidikan adalah bahwa  Guru adalah "penuntun " segala kekuatan kodrat (kodrat alam & kodrat zaman) pada anak didik agar sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Makna kata "Penuntun", dapat dipahami sebagai "Pemimpin Pembelajaran", yang berpusat pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu menggabungkan strategi pengajaran dan pembelajaran  dengan kearifan lokal dan semboyan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara  yaitu " Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tutwuri handayani." 



Disini tedapat penekanan  paradigma di mana guru tidak lagi bertindak sebagai sumber utama informasi dalam proses pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi anak didik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu pendidikan yang memerdekakan sesuai profil Pelajar Pancasila , maka guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. 

Ing ngarso sung tulodho” yang  memiliki arti di depan memberikan teladan, dari kalimat tersebut tergambar bahwa  peran seorang guru adalah untuk memberikan teladan bagi anak didiknya.  Untuk menjadi teladan maka guru harus memiliki hal-hal yang dapat diteladani. Seorang guru dapat menjadi teladan dengan terlebih dahulu menempatkan kepentingan murid menjadi sebuah prioritas yang notabene membuat guru tersebut harus memikirkan segala hal yang baik untuk kepentingan sang murid. Dalam istilah lain, Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa seorang guru harus “berhamba pada anak.” Ketika guru memenuhi pemikirannya dengan kepentingan murid-muridnya maka saat guru selaku pemimpin pembelajaran dihadapkan pada keadaan di mana dia harus mengambil keputusan yang mungkin sulit mengenai murid-muridnya, maka dia akan memilih keputusan yang berpihak kepada murid dan bukan hanya kepentingan dirinya sendiri. Apa yang terbaik bagi murid-muridnya harus dikedepankan.

“Ing madyo mangun karso” memiliki arti di tengah memberikan serta membangun semangat. Sebagai penyemangat, maka seorang guru harus terlebih dahulu dipenuhi oleh semangat tersebut. Semangat yang membara untuk murid-muridnya dapat mencapai kemajuan serta kebahagiaan. Murid seringkali tampil tanpa semangat disebabkan beban yang dihadapi serasa berat. Di sinilah peran guru untuk mengiringi di samping dan terus menyemangati agar murid-muridnya tidak menyerah dan terus maju. Guru dapat berperan sebagai rekan/ teman/ sahabat bahkan orang tua bagi murid agar mereka merasa tidak sendirian dalam mengarungi pendidikan yang sedang dijalani dan memiliki kepercayaan bahwa guru akan selalu ada memberikan kekuatan dan tuntunan di saat yang paling dibutuhkan. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka guru selalu ingin menuntun dan melakukan coaching terhadap murid-muridnya agar mereka dapat menemukan sendiri jawaban atas setiap kesulitan mereka. Guru berperan sebagai coach yang menuntun perlahan dan memberikan kesempatan murid berefleksi dan berpikir serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab untuk kehidupannya. Semangat yang dikobarkan sang guru akan memampukan murid mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.

“Tut wuri handayani” memiliki arti mengikuti serta memberikan dorongan dari belakang. Hal ini dapat dipandang sebagai peran guru yang memberikan ruang bagi murid-muridnya untuk dapat berkembang sendiri tanpa banyak dipayungi oleh guru. Kesempatan untuk berkembang diberikan sambil guru tetap mengikuti dan memberikan dorongan positif dari belakang agar muridnya dengan keteguhan melangkah dan menemukan potensi-potensinya serta identitasnya yang sejati. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, maka seorang guru akan berpikir mengenai keputusan yang akan dapat memunculkan kepribadian sang murid serta bagaimana murid-muridnya dapat berkembang sebagai pribadinya yang unik. Guru berperan sebagai fasilitator yang hanya menunjukkan jalan agar murid dapat sampai pada tujuannya.

Semboyan pendidikan  menekankan interaksi siswa-guru dan terdiri dari Guru sebagai model (bagi mereka yang di depan harus menjadi figur model), memberikan motivasi (bagi mereka di tengah harus memotivasi), dan mendorong (bagi mereka yang di belakang harus mendorong) dalam keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan, termasuk dalam pengambilan keputusan. 

Pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas haruslah  berpihak dan memerdekakan murid sehingga menjadi pembelajaran yang positif bagi murid-murid untuk mulai berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri serta keputusan yang bertanggung jawab tanpa paksaan dan campur tangan orang lain. 

Diharapkan bahwa murid  akan lebih nyaman untuk berkomunikasi, menyampaikan ide dan pendapatnya dan menentukan pilihan keputusan yang bertanggung jawab untuk diri dan komunitasnya , dan para guru akan lebih mengarakan segala pikiran, tindakan dan keputusan pada prinsip keberpihakan kepada murid.


  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang Guru, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Selain nilai-nilai tersebut ada nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri yang telah ditanamkan oleh orang tua kita dan guru-guru kita. Nilai-nilai tersebut  sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter dan perilaku.  Nilai - nilai tersebut juga sangat berpengaruh  terhadap setiap pengambilan keputusan  yang kita ambil. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika (Benar Vs Benar) , akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup. 

Begitu juga jika kita berhadapan dengan situasi bujukan moral (Benar Vs Salah). Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan nilai-nilai atau prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita.

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Ketika kita berbicara tentang pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses 'menuntun' kemerdekaan belajar murid dalam membantu mereka memahami permasalahan dan mencari solusi berdasarkan potensi yang dimilikinya.  Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah. Proses coaching yang dialami murid dalam proses pembelajaran  ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid untuk memaksimalkan potensinya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. 

Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.

Akan tetapi tentu saja setiap guru adalah pribadi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap guru juga memiliki keunikan tersendiri dan dipengaruhi oleh prinsip-prinsip hidup yang dianutnya dan dipercayainya. Semua prinsip hidup ini akan mempengaruhi cara guru memandang murid dan tentu saja mempengaruhi setiap keputusan yang akan dibuat mengenai murid-murid tersebut. Nilai-nilai seorang guru haruslah dipenuhi dengan nilai kemanusiaan yang hakiki sehingga nilai-nilai tersebut akan membantunya membuat keputusan yang terbaik bagi kepentingan murid-muridnya.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntun guru dalam pelaksanaan praktik coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk menggali potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW . GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. 

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

T   : Tujuan

I    : Identifikasi

R   : Rencana aksi

Ta : Tanggung jawab

Prinsip coaching dapat kita lakukan pada diri sendiri atau guru yang mengalami dilema ini. Kita bisa membantu dengan menanyakan pertanyaan pertanyaan reflektif yang harus dijawab untuk bisa menemukan solusi atau keputusan terbaik. Pertanyaan (guiding questions) tersebut diharapkan mampu mengarahkan keputusan kita menjadi tepat. Ketika kita akan melakukan sebuah pengambilan keputusan, kita melakukan uji benar lawan salah dan benar lawan benar sebelum keputusan kita buat. Kita harus mengenali dengan jujur apakah masalah yang sedang dihadapinya tersebut sebuah dilema etika atau hanyalah sebuah bujukan moral semata. Untuk diingat kembali perbedaan bujukan moral dan dilema etika adalah bahwa pada sebuah bujukan moral ada nilai salah yang terkandung di dalam keputusan tersebut. Bila kita sudah dapat mendeteksi ada kesalahan atau ketidakbenaran di dalam permasalahan tersebut, seharusnya respon yang kita ambil adalah menolaknya. Bujukan moral hanya membawa kita kepada kepada kesalahan yang lebih mendalam bila kita memilihnya, karena memang mengandung sebuah ketidakbenaran.

Akan tetapi bila permasalahan yang kita hadapi memiliki kebenaran secara moral dari kedua sisi yang bertentangan, maka kita sedang berhadapan dengan sebuah dilema etika. Respon yang harus diambil pada sebuah dilema etika adalah:

(1) mengenali adanya nilai nilai yang saling bertentangan,

(2) mempertimbangkan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut,

(3) mengumpulkan seluruh data dan fakta yang relevan, lalu kita wajib

(4) menguji benar lawan salah. Uji tersebut dapat meliputi:

  • uji legal untuk melihat apakah ada ranah hukum yang dilanggar,
  • uji regulasi profesionalitas untuk melihat apakah ada yang bertentangan dengan aturan secara profesional,
  • uji intuisi mengecek apa kata hati nurani kita,
  • uji publikasi dan juga
  • uji panutan atau idola.

(5) Bila keputusan tersebut lolos melalui uji benar lawan salah, maka harus dilakukan uji benar lawan benar di mana kita dapat memandangnya dari empat paradigma yang ada meliputi:

  • Individu lawan masyarakat (individual vs community),
  • rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),
  • kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan
  • jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term).

(6) Kemudian permasalahan ini kita coba cari resolusinya dengan menggunakan cara pandang atau prinsip resolusi penyelesaian dilema. Apakah kita akan memandangnya melalui prinsip

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (End-Based Thinking),
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), atau
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

(7) Kemudian kita juga dapat mencari jalan tengah yang dapat diambil atau seringkali disebut Investigasi Opsi Trilema agar keputusan tidak harus saling berlawanan (win win solution).

(8) Bila semua telah dipertimbangkan maka kita dapat dengan yakin mengambil keputusan akhir yang terbaik serta

(9) direfleksikan kembali, apakah keputusan tersebut sudah yang terbaik yang dapat diambil.


  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Seorang guru adalah seorang pemimpin pembelajaran di kelas, yang sudah seharusnya mampu memahami kondisi emosional dirinya. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah, terkadang masalah tersebut akan memicu emosi kita. Dalam pengambilan keputusan, haruslah dengan pikiran yang tenang. Jika kita mengambil sebuah keputusan dalam keadaan emosi, yakin dan percaya bahwa keputusan yang kita ambil bukanlah keputusan yang terbaik karena masih terpengaruh oleh amarah dan belum bisa menilai permasalahan secara objektif. Dalam keadaan emosi baiknya kita menenangkan diri dengan menggunakan teknik stop, agar hati dan pikiran kita kembali tenang. Setelah tenang barulah kita menganalisis kembali permasalahan yang ada dengan menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika seorang Guru harus dihadapkan pada permasalahan yang dilematis dan masuk ke ranah abu-abu antara masalah moral atau etika, maka nilai-nilai diri yang dianut dan yang paling dihargai oleh seorang pendidik akan sangat mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang dianut oleh Guru  seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid, dan nilai-nilai kebajikan yang telah tertanam dalam dirinya tentunya akan sangat mempengaruhi paradigma dan prinsip pengambilan keputusan seorang Guru.

Pada dasarnya nilai dan peran seorang pendidik dalam mewujudkan visi pendidikan yang berpusat pada murid mengambil peran penting. Pengambilan keputusan pada masalah moral atau etika yang benar,tepat sasaran dan minim resiko bagi anak didik adalah tujuan utama. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan , maka diharapkan dapat diperoleh keputusan yang dapat mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut.  Merefleksikan kembali akan menghasilkan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan serta mampu meminimalisir kemungkinan atau resiko yang akan terjadi dari ketidaktepatan putusan yang diambil  tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

Setiap guru pasti juga dibesarkan dan dididik dalam keluarga dan lingkungan yang berbeda dengan kebiasaan dan juga nilai-nilai yang berbeda. Hal tersebut tentu saja membentuk moral seorang guru serta etika apa yang dipercayainya serta dilakukannya dalam kesehariannya. DI dalam budaya yang berbeda, seringkali kita temukan perbedaan cara pandang dan cara pikir yang mereka pahami sebagai sebuah kebenaran dan memang berlaku secara luas di dalam masyarakat tersebut. Atau juga kepribadian unik seorang guru akan membentuk nilai-nilai yang dipercayainya. Hal ini seringkali dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Misalnya, ada yang fokus untuk memandang masalah tersebut melalui hasil akhir yang akan terjadi (End based thinking) karena dia dididik untuk selalu memberikan hasil terbaik. Ada juga yang berfokus pada peraturan yang berlaku (Rule based thinking) karena dia dididik untuk selalu mematuhi peraturan yang ada. Bahkan ada yang selalu melihatnya dari sisi kemanusiaannya (Care based thinking) meskipun itu dapat berpotensi melanggar aturan dan lainnya.   


  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.




Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan . Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, serta juga melalui refleksi dan sikap bijaksana maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, kita dapat meminimalisir resiko dari keputusan yang telah kita ambil. 

Keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid yang senantiasa menjadi tujuan dan visi seorang guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran pada akhirnya akan menciptakan sebuah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bagi semua. Bila seorang guru selalu memiliki kepedulian dan keberpihakan pada murid, maka dia akan melakukan apa saja agar sang murid dapat maju dan meraih hal yang baik. Hal itu tentunya akan membuat murid-muridnya semakin merasa aman dan nyaman dalam belajar dan menjadi pribadi unik yang Tuhan ciptakan, serta lingkungan yang terbentuk akan saling mendukung serta kondusif.


  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan-kesulitan dalam pengambilan keputusan sulit dan bertentangan seringkali terletak pada paradigma masing masing pihak dalam memandang situasi tersebut. Bila pihak yang terlibat tidak memiliki cara pandang yang sama serta penekanan kepentingan yang selaras, maka akan sulit dijadikan sebuah keputusan yang baik. Bila semua dapat berkomunikasi dengan baik dan menyatukan pendapat mengenai paradigma yang akan dipakai dalam memutuskan sebuah permasalahan, maka kesulitan-kesulitan tersebut akan dapat diatasi, atau minimal menjadi semakin ringan untuk diputuskan tanpa menimbulkan gesekan atau masaah di kemudian hari.

Kesulitan terbesar yang saya alami ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan adalah kurangnya rasa percaya diri untuk pengambilan keputusan itu sendiri. banyak pertimbangan dan hal-hal yang saya pikirkan sehingga keraguan kadang menghantui ketika dihadapkan dengan pengambilan keputusan, terutama lingkungan masyarakat atau orang tua murid, yang kadang anarkis ketika keputusan yang kita ambil tidak dapat diterima oleh orang tua murid. 


  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pada konteks merdeka belajar, pengambilan keputusan yang tepat dengan melalui tahapan yang dapat dipertanggung jawabkan serta mengarahkan pada proses pembelajaran kepada prinsip keberpihakan pada murid, akan dapat memilki pengaruh besar pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan anak secara holistic. Karena itu, pengambilan keputusan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran hendaknya dapat "menuntun" dan memberikan ruang bagi murid dalam proses pengajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan ilmu -ilmu baru yang didapatnya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.  


  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sejalan dengan konsep pemikiran Ki hadjar Dewantara bahwa Pendidikan itu haruslah memerdekakan dan menuntun anak sesuai kodratnya, sehingga terbentuk manusia yang bertumbuh kembang secara Holistic maka, Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid , maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.  


  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Sebagai seorang Guru dan Pemimpin pembelajaran sangat penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan bagaimana cara mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills).  Diharapkan proses pengambilan keputusan dalat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.Untuk dapat mengambil keputusan, diperlukan prinsip dan pendekatan sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim. 

Ada 3 prinsip yang seringkali membantu  dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini (Kidder, 2009, hal 144), yaitu 

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), 

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan 

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). 

Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Disamping itu untuk memastikan keputusan yang diambil itu benar dan tepat sasaran, maka perlu dilakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan pada setiap kasus yang kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran, yaitu :

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut

2) Menentukan siapa yang terlibat

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam kasus tersebut

4) Melakukan Pengujian :

  •  Uji Legal
  •  Uji regulasi/standar
  •  Uji Intuisi
  •  Uji Halaman depan koran
  •  Uji Panutan/idola

5) Melakukan Pengujian Paradigma Benar Vs Salah

6) Menetapkan Prinsip Pengambilan Keputusan

7) Investigasi Opsi Trilema

8) Membuat Keputusan

9) Lihat kembali keputusan dan melakukan refleksi






Refleksi Terbimbing Modul 3.1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~


Manusia lahir seperti kertas putih yang didalamnya sudah terdapat draf perilaku baik maupun perilaku buruk dan pendidikanlah tempat untuk memberikan goresan atau menebalkan hal-hal yang dianggap baik, dan membiarkan hal-hal yang dianggap buruk. dengan pendidikan kita dapat membuat lukisan indah dengan memberikan warna yang indah terkait dengan draf kebaikan yang ada dalam diri anak kemudian menutupi draf keburukan yang ada. Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakikat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti, dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya hingga dapat berperilaku sesuai realitas kehidupan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki. Potensi yang dimiliki contohnya SQ (Spiritual Quotient atau Kecerdasan Spiritual) agar setiap tindakannya dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. EQ (Emotional Quotient atau Kecerdasan Emosi) agar manusia mampu mengendalikan emosinya, memahami perasaan orang lain. IQ (Intelligence Quotient atau Kecerdasan Inteligensi) agar manusia memiliki kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan membedakan, dan membuat prioritas. SOCQ (Social Quotient atau Kecerdasan Sosial) agar manusia senang berkomunikasi, berteman, menolong, membuat orang lain bahagia, dan bekerja sama. Potensi-potensi yang diperoleh dari pendidikan mengantarkan manusia untuk berpikir dalam pengambilan tindakan sesuai keadaan.

Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak untuk mencapai kebahagiaan baik sebagai masyarakat maupun dirinya sendiri. Dengan pendidikan kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada dalam diri anak.


Untuk refleksi kali ini kami diminta untuk memilih 4 dari 8 pertanyaan berikut :


  1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
  3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  4. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
  6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
  7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
  8. Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?

Saya mencoba menjawab pertanyaan no. 1, 4, 5, dan 6

Untuk pertanyaan pertama, masih banyak hal yang perlu saya pelajari dengan seksama agar saya lebih memahami bagaimana proses pengambilan keputusan yang baik dan benar. Namun, saya akan memaparkan apa yang sudah saya pelajari pada modul 2.1 ini yaitu Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Sebuah keputusan tentunya pasti akan mengalami dilema, seperti pepatah mengatakan dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Keputusan yang kita ambil pasti ada yang pro dan ada yang kontra yang membuat kita merasa dilema, namun kita tetap harus mengambil keputusan terbaik untuk semua. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini : 
1.  Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
2.  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
3.  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut: 

Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda. 
Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat ? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok. 

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. 

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini.

Disadari atau pun tidak ada nilai-nilai atau prinsip-prinsip  yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. terkadang seseorang mengambil keputusan dengan 3 prinsip berikut :
  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak. 
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda. 
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 
Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip inilah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip tersebut adalah: 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dalam pengambilan keputusan, kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita  ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.

Berikut adalah konsep pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. 

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. 

4. Pengujian benar atau salah 

    a.  Uji Legal 
    b.  Uji Regulasi/Standar Profesional 
    c.  Uji Intuisi 
    d.  Uji Halaman Depan Koran 
    e.  Uji Panutan/Idola 

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 
    Ada 4 paradigma yang berlaku pada tahap ini, yaitu :
     a.  Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
     b.  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
     c.  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
     d.  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

6. Melakukan Prinsip Resolusi Dari 3 prinsip penyelesaian dilema
    Ada 3 prinsip yang berlaku pada tahap ini, yaitu  :
    a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
    b. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
    c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) 

7. Investigasi Opsi Trilema Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. 

8. Buat Keputusan 

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. 


Untuk pertanyaan keempat,  Dampak dari mempelajari modul ini adalah saya mulai paham apa yang harus saya lakukan sebelum mengambil sebuah keputusan dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar pengambilan keputusan.  

Bedanya dengan sebelum mempelajari modul ini adalah dulu keputusan saya buat kadang hanya berdasarkan feeling saya saja, hanya berdasarkan sudut pandang saya saja, emosi kadang malah lebih dominan dalam pengambilan keputusan saya. 

Setelah mempelajarinya saya mulai paham apa yang saya lakukan dulu kurang tepat, keputusan perlu diambil dalam kesadaran penuh bukan atas dasar emosi. Dalam pengambilan keputusan juga perlu mempertimbangkan berbagai hal yang akan membantu pemecahan masalah. Keputusan yang dibuat diharapkan mampu diterima menguntungkan  kedua belah pihak nantinya.


Untuk Pertanyaan kelima, Mempelajari materi ini sangat penting bagi saya sebagai seorang individu maupun dalam peran saya sebagai pendidik sekaligus pemimpin pembelajaran. Dalam hubungan dengan individu lain pastinya  selalu dihadapkan dengan berbagai konflik yang mengharuskan kita untuk mengambil sebuah keputusan yang cermat dan tepat. 

Melalui modul ini saya mendapat gambaran yang lebih jelas tentang apa yang harus saya lakukan bila menghadapi sebuah dilema dalam pengambilan keputusan. Sehingga nantinya akan menghasilkan keputusan yang tepat dari hasil pemikiran yang sadar bukan atas dasar emosi sesaat.

Pengetahuan  tentang pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan,memberikan saya pengetahuan bagaimana seharusnya saya dalam mengambil keputusan, namun saya harus lebih banyak lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh agar ilmu yang saya dapatkan dapat saya terapkan dengan baik dan benar.  saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang tepat.


Untuk Pertanyaan keenam,  Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak pada lingkungan atau komunitas saya adalah:
  1. Membagi materi tentang pengambilan keputusan ini melalui grup wa sekolah maupun secara formal melalui kegiatan komunitas praktisi di sekolah
  2. Mengajak teman sejawat berkolaborasi dalam mengambil keputusan atas kasus yang terjadi di sekolah dengan memanfaatkan pengetahuan cara pengambilan keputusan yang sudah saya pelajari
  3. Menerapkan konsep-konsep mengenai prinsip dan 9 cara pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan pada saat saya mengalami keadaan atau situasi dilemma etika