GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

» »Unlabelled » Refleksi Terbimbing Modul 3.1

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~


Manusia lahir seperti kertas putih yang didalamnya sudah terdapat draf perilaku baik maupun perilaku buruk dan pendidikanlah tempat untuk memberikan goresan atau menebalkan hal-hal yang dianggap baik, dan membiarkan hal-hal yang dianggap buruk. dengan pendidikan kita dapat membuat lukisan indah dengan memberikan warna yang indah terkait dengan draf kebaikan yang ada dalam diri anak kemudian menutupi draf keburukan yang ada. Pendidikan secara umum bertujuan membantu manusia menemukan akan hakikat kemanusiaannya. Maksudnya, pendidikan harus mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Pendidikan berfungsi melakukan proses penyadaran terhadap manusia untuk mampu mengenal, mengerti, dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya hingga dapat berperilaku sesuai realitas kehidupan. Dengan adanya pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang ia miliki. Potensi yang dimiliki contohnya SQ (Spiritual Quotient atau Kecerdasan Spiritual) agar setiap tindakannya dilandasi keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. EQ (Emotional Quotient atau Kecerdasan Emosi) agar manusia mampu mengendalikan emosinya, memahami perasaan orang lain. IQ (Intelligence Quotient atau Kecerdasan Inteligensi) agar manusia memiliki kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan membedakan, dan membuat prioritas. SOCQ (Social Quotient atau Kecerdasan Sosial) agar manusia senang berkomunikasi, berteman, menolong, membuat orang lain bahagia, dan bekerja sama. Potensi-potensi yang diperoleh dari pendidikan mengantarkan manusia untuk berpikir dalam pengambilan tindakan sesuai keadaan.

Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada diri anak untuk mencapai kebahagiaan baik sebagai masyarakat maupun dirinya sendiri. Dengan pendidikan kita dapat memaksimalkan segala potensi yang ada dalam diri anak.


Untuk refleksi kali ini kami diminta untuk memilih 4 dari 8 pertanyaan berikut :


  1. Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
  2. Tuliskan pengalaman Anda dalam menggunakan ketiga materi tersebut dalam proses Anda mengambil keputusan dalam situasi dilema etika yang Anda hadapi selama ini.  Anda dapat juga menulis tentang sebuah situasi dilema etika yang dihadapi oleh orang lain serta keputusan yang diambil. Berilah ulasan berdasarkan 3 materi yang telah Anda pelajari di modul ini.
  3. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema? Kalau pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
  4. Bagaimana dampak mempelajari materi ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
  5. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
  6. Apa yang Anda bisa lakukan untuk membuat dampak/perbedaan di lingkungan Anda setelah Anda mempelajari modul ini?
  7. Selain konsep-konsep tersebut, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
  8. Adakah nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh orangtua anda atau bahkan kakek nenek buyut Anda yang menjadi karakter khas suku atau masyarakat dimana Anda tinggal? Bagaimana Anda sebagai seorang guru akan menggunakannya untuk membantu Anda dalam pengambilan keputusan?

Saya mencoba menjawab pertanyaan no. 1, 4, 5, dan 6

Untuk pertanyaan pertama, masih banyak hal yang perlu saya pelajari dengan seksama agar saya lebih memahami bagaimana proses pengambilan keputusan yang baik dan benar. Namun, saya akan memaparkan apa yang sudah saya pelajari pada modul 2.1 ini yaitu Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Sebuah keputusan tentunya pasti akan mengalami dilema, seperti pepatah mengatakan dimakan mati ayah, tidak dimakan mati ibu. Keputusan yang kita ambil pasti ada yang pro dan ada yang kontra yang membuat kita merasa dilema, namun kita tetap harus mengambil keputusan terbaik untuk semua. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini : 
1.  Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
2.  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
3.  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari keempat paradigma tersebut: 

Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Anda. 
Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat ? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok. 

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. 

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini.

Disadari atau pun tidak ada nilai-nilai atau prinsip-prinsip  yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. terkadang seseorang mengambil keputusan dengan 3 prinsip berikut :
  1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak. 
  2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda. 
  3. Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda. 
Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip inilah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip tersebut adalah: 
  1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
  2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
  3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Dalam pengambilan keputusan, kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita  ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis.

Berikut adalah konsep pengambilan dan pengujian keputusan, yaitu :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. 

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. 

4. Pengujian benar atau salah 

    a.  Uji Legal 
    b.  Uji Regulasi/Standar Profesional 
    c.  Uji Intuisi 
    d.  Uji Halaman Depan Koran 
    e.  Uji Panutan/Idola 

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. 
    Ada 4 paradigma yang berlaku pada tahap ini, yaitu :
     a.  Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
     b.  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
     c.  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
     d.  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

6. Melakukan Prinsip Resolusi Dari 3 prinsip penyelesaian dilema
    Ada 3 prinsip yang berlaku pada tahap ini, yaitu  :
    a. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 
    b. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 
    c. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) 

7. Investigasi Opsi Trilema Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. 

8. Buat Keputusan 

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. 


Untuk pertanyaan keempat,  Dampak dari mempelajari modul ini adalah saya mulai paham apa yang harus saya lakukan sebelum mengambil sebuah keputusan dan pertimbangan-pertimbangan apa saja yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar pengambilan keputusan.  

Bedanya dengan sebelum mempelajari modul ini adalah dulu keputusan saya buat kadang hanya berdasarkan feeling saya saja, hanya berdasarkan sudut pandang saya saja, emosi kadang malah lebih dominan dalam pengambilan keputusan saya. 

Setelah mempelajarinya saya mulai paham apa yang saya lakukan dulu kurang tepat, keputusan perlu diambil dalam kesadaran penuh bukan atas dasar emosi. Dalam pengambilan keputusan juga perlu mempertimbangkan berbagai hal yang akan membantu pemecahan masalah. Keputusan yang dibuat diharapkan mampu diterima menguntungkan  kedua belah pihak nantinya.


Untuk Pertanyaan kelima, Mempelajari materi ini sangat penting bagi saya sebagai seorang individu maupun dalam peran saya sebagai pendidik sekaligus pemimpin pembelajaran. Dalam hubungan dengan individu lain pastinya  selalu dihadapkan dengan berbagai konflik yang mengharuskan kita untuk mengambil sebuah keputusan yang cermat dan tepat. 

Melalui modul ini saya mendapat gambaran yang lebih jelas tentang apa yang harus saya lakukan bila menghadapi sebuah dilema dalam pengambilan keputusan. Sehingga nantinya akan menghasilkan keputusan yang tepat dari hasil pemikiran yang sadar bukan atas dasar emosi sesaat.

Pengetahuan  tentang pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya bisa mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan,memberikan saya pengetahuan bagaimana seharusnya saya dalam mengambil keputusan, namun saya harus lebih banyak lagi berlatih lagi dan belajar untuk melatih kemampuan pengambilan keputusan ini dan menerapkan ilmu yang sudah saya peroleh agar ilmu yang saya dapatkan dapat saya terapkan dengan baik dan benar.  saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pengetahuan bagaimana orang-orang hebat mengambil keputusan yang tepat.


Untuk Pertanyaan keenam,  Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak pada lingkungan atau komunitas saya adalah:
  1. Membagi materi tentang pengambilan keputusan ini melalui grup wa sekolah maupun secara formal melalui kegiatan komunitas praktisi di sekolah
  2. Mengajak teman sejawat berkolaborasi dalam mengambil keputusan atas kasus yang terjadi di sekolah dengan memanfaatkan pengetahuan cara pengambilan keputusan yang sudah saya pelajari
  3. Menerapkan konsep-konsep mengenai prinsip dan 9 cara pengambilan keputusan dalam mengambil keputusan pada saat saya mengalami keadaan atau situasi dilemma etika  


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply