GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

» »Unlabelled » Koneksi Antar Materi Modul 3.2

 KONEKSI ANTAR MATERI
MODUL 3.2
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA


Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak , agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya bukan dasarnya, hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Dalam proses menuntun, seorang guru harus mampu berlaku dan bertindak sebagai seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya agar mampu memberikan proses menuntun yang sesungguhnya dengan memaksimalkan segala sumber daya yang ada disekitar lingkungan anak. Seorang pemimpin pembelajaran seharusnya bisa memanfaatkan dan mengelola seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada sebagai aset/modal atau kekuatan  agar bisa  mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid dan guru.

Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.

Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Harapannya, dengan penerapan  nilai-nilai tersebut maka sekolah akan mampu mencetak SDM yang unggul yang merupakan pelajar sepanjang hayat dan memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.


Materi pada modul ini (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dan kemudian akan menuju kepada terwujudnya visi dan misi yang telah dibuat. 

Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, kita meyakini bahwa anak lahir dengan keunikannya masing masing dan kewajiban kita untuk memastikan setiap anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan praktek pembelajaran berdiferensiasi murid bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan mereka juga akan bisa belajar tentang nilai nilai kehidupan yang penting misalnya perbedaan, menghargai, mkna baru dari kesuksesan, kekuatan diri, kemerdekaan belajar, dan berbagai nilai penting lainnya yang akan berkontribusi terhadap perkembangan diri mereka secara holistik.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal. 

Coaching adalah teknik atau strategi seorang pemimpin untuk menuntun dan mendampingi coachee menggali potensi dirinya dan memaksimalkannya. Coaching memberikan kesempatan terhadap coachee baik itu murid maupun rekan guru untuk berkembang dan menggali proses berpikir pada dirinya sehingga metakognisinya meningkat dan lebih berpikir kritis dan mencapai potensi diri yang optimal.

Coaching merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran. Coachig dilakukan dengan proses kolaborasi yang yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Dengan keterampilan coaching seorang guru dalam memimpin pembelajaran bisa mengetahui permasalahan yang terjadi di komunitas sekolah sehingga bisa diselesaikan dengan baik. Modal asset yang dimiliki oleh sekolah dapat dijadikan sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Pada modul ini sebagai  pemimpin pembelajaran kami telah mempelajari bagaimana cara mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Materi tentang pengambilan keputusan ini saat erat sekali kaitannya dengan tugas seorang pemimpin yang akan mengelompokkan modal aset untuk kemajuan sekolahnya. Berdasarkan cara penambilan keputusan ini pemimpin nantinya tidak akan salah pilih dan pendidikan yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan oleh semua pihak. Melaluin kekuatan yang dimiliki maka seorang pemimpin pembelajaran akan dapat menambil keputusan yang tepat sesuai dengan yang diharapkan agar tercipta pembelajaran yang berpihak pada murid yang merdeka belajar. 

Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.

1.      Murid

2.     Kepala Sekolah

3.     Guru

4.     Staf/Tenaga Kependidikan

5.     Pengawas Sekolah

6.     Orang Tua

7.     Masyarakat sekitar sekolah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Faktor abiotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.

1.      Keuangan

2.     Sarana dan prasarana

Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
  • Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Berikut perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset.


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1. Modal Manusia, 
2. Modal Sosial, 
3. Modal Fisik, 
4. Modal Lingkungan/Alam, 
5. Modal Finansial, 
6. Modal Politik, dan
7. Modal Agama dan Budaya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 

Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.


HUBUNGAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya lebih banyak menggunakan pendekatan yang  berbasis masalah/kekuranan yaitu memusatkan perhatian kepada masalah atau isu, kekurangan kekurangan, apa yang mengganggu, apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja. Saya juga berpikir bahwa untuk pengelolaan sumber daya sekolah hanya merupakan tanggung jawab dari kepala sekolah dan wakil kepala sekolah saja.
Setelah mempelajari modul 3.2 ini saya lebih banyak memperoleh ilmu, informasi, pengalaman dan hal hal baru yang saya dapatkan dan jelas sekali ada perubahan dalam mengelola sumber daya dengan menggunakan pendekatan berbasis aset atau kekuatan. Saya juga mulai memahami bahwa semua warga sekolah memiliki tanggung jawab untuk menggali semua potensi sumber daya yang dimiliki.

RENCANA TINDAKAN AKSI NYATA
A. Latar Belakang

     Setelah melakukan pemetaan aset disekolah dengan 7 kategori, yang hasilnya ternyata sekolah memiliki aset yang luar biasa. Untuk itu sebagai upaya memaksimalkan pemanfaatan sumber daya atau aset sekolah dalam mendukung pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid, guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu melakukan gerakan u perubahan ntuk memaksimalkan aset tersebut.


B. Tujuan

     Gerakan perubahan untuk memaksimalkan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang yang kondusif dan nyaman bagi murid, serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang melibatkan murid secara langsung secara aktif dan meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. 

C. Tolak Ukur
     Indikator  yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa kegiatan ini berjalan dengan baik adalah adalah terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman bagi murid dan warga sekolah, serta Keterlibatan murid secara aktif  dalam proses pembelajaran. 

D. Dukungan yang dibutuhkan 
     Untuk melaksanakan aksi nyata diperlukan kolaborasi dari semua pihak di sekolah, termasuk kepala sekolah, rekan guru, tenaga kependidikan, murid, dan komite sekolah selaku perwakilan orang tua murid.

E. Liminasa Tindakan yang akan dilakukan 
     Dalam pelaksanaan kegiatan aksi nyata modul 3.2, saya menyusun kerangka tindakan model BAGJA. 







SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SALAM BAHAGIA

RAHMATIAH
Calon Guru Penggerak Angkatan 3
Kabupaten Majene


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply