GURU PENGGERAK

GURU PENGGERAK
Mari berkolaborasi Wujudkan Merdeka Belajar

Profil ku

Foto saya
Saya Rahmatiah, lahir di Kandeapi kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Saat ini saya tinggal di daerah Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Sulawesi Barat. Saya berprofesi sebagai seorang Guru Kelas SD di tempat tinggal saya lebih tepatnya di SDN No. 11 Inpres Maliaya Kecamatan Malunda Kabupaten Majene.

Entri yang Diunggulkan

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3

 DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID Ketika aku bermimpi sendiri, itu hanyalah sebuah mimpi. Ket...

Cari Blog Ini

Postingan Populer

REFLEKSI TERBIMBING MODUL 2.2

 

Aksi Nyata 2.1.a.10 Pembelajaran Berdiferensiasi

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Dalam kelas saya ada 16 orang terdiri dari 9 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Dengan 16 murid tersebut tentunya memiliki beragam karakter dan keunikan, strategi pembelajaran berdiferensiasi ini adalah salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas saya karena keberagaman karakter tersebut. Namun demikian, bukan berarti dengan 16 karakter tersebut maka, metode yang saya gunakan pun harus menggunakan 16 cara atau metode, tetapi guru harus kreatif dalam menyusun starategi pembelajaran agar dapat mengcover semua kebutuhan murid di dalam kelas. 

Pembelajaran Berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas karena pembelajaran tersebut dapat menyesuaikan kesiapan belajar murid, minat dan profil belajarnya. Para murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (readiness/kesiapan belajar). Dan selanjutnya jika tugas-tugas tersebut dapat memicu keingintahuan atau hasrat yang ada dalam diri seorang murid (minat), dan apabila tugas-tugas yang diberikan dapat menyediakan kesempatan bagi murid untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal dengan melakukan penerapan Strategi Pembelajaran berdiferensiasi yakni: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, sebagai CGP dan Juga sebagai Guru Saya merasakan ada perubahan pemikiran yang berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi/aksi nyata pembelajaran berdiferensiasi dalam ruang kelas. Langkah Langkah yang saya lakukan yaitu membuat pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat dan profil belajar murid.Untuk mengetahui kebutuhan belajar murid berdasarkan minat saya membagikan angket, untuk mengetahui profil belajar murid, saya melakukannya melalui observasi sedangkan untuk kesiapan belajar murid maka, saya memberikan tes pengetahuan awal. Setelah saya melakukan pemetaan tahap selanjutnya saya Menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan hasil pemetaan kebutuhan belajar murid dimana ada strategi diferensiasi proses dan produk.

Berikut gambaran singkat dari aksi nyata di modul 2.1.a.10. Aksi Nyata – Modul 2.1

RPP Berdiferensiasi

Aksi Nyata Modul 2.1.a.10

 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Dalam kelas saya ada 16 orang terdiri dari 9 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Dengan 16 murid tersebut tentunya memiliki beragam karakter dan keunikan, strategi pembelajaran berdiferensiasi ini adalah salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas saya karena keberagaman karakter tersebut. Namun demikian, bukan berarti dengan 16 karakter tersebut maka, metode yang saya gunakan pun harus menggunakan 16 cara atau metode, tetapi guru harus kreatif dalam menyusun starategi pembelajaran agar dapat mengcover semua kebutuhan murid di dalam kelas kita.




2.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Modul 2.1

REFLEKSI TERBIMBING

MODUL 2.1.a.6

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi




“Belajar tanpa refleksi adalah sia-sia. Refleksi tanpa belajar itu berbahaya.”

(Confucius)

Tugas dari refleksi terbimbing adalah menjawab pertanyaan - pertanyaan berikut 

  1. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas Anda?

     Kelas saya memiliki murid 16 orang terdiri dari 7 murid laki-laki dan 9 murid perempuan. Dari 16 murid tersebut, ada bermacam karakter dan keunikan dari setiap anak. Ada anak yang super aktif, ada anak yang pendiam, ada anak yang selalu tertawa, dan ada banyak lagi keunikan lainnya dari setiap murid saya. Dalam proses belajar, ada ada anak yang suka mendengarkan materi, ada anak yang suka melihat gambar atau video dan ada pula anak yang suka belajar sambil bergerak, dengan permainan ataupun percobaan langsung, namun ada pula anak yang cepat menerima materi, dengan sekali instruksi langsung paham, dan ada pula yang lambat menerima materi yanitu dengan 2 sampai 3 kali penjelasan baru paham dengan instruksi atau materi yang disampaikan. Dengan kondisi kelas yang demikian, maka materi tentang pembelajaran berdeferensiasi dapat menjadi solusi dari masalah pembelajaran di kelas saya. Setiap murid dilahirkan dengan bakat dan kemampuan yang unik. Hal ini menjadi tantangan bagi saya selaku seorang guru agar bisa memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya. Dengan pembelajaran yang berdiferensiasi mungkin akan cukup membantu agar  dapat  memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu di kelas saya.

 

   2. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut             sulit diterapkan?

    Yang sulit untuk diterapkan adalah konsep pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri. Penerapan Strategi pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seluruh murid, meskipun bukan berarti jika 16 murid maka rancangan pembelajarannya harus 16 cara pula, tetapi bagaimana seorang guru dapat merancang dengan baik rencana pembelajarannya agar dapat merangkul semua murid, dan memenuhi semua kebutuhan murid. Bagaimana mendesain variasi pembelajaran yang dapat memenuhi semua kebutuhan murid itu yang masih bingung. Kalau hanya satu atau beberapa mungkin bisa, tapi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan seluruh siswa itu yang masih ragu. Apalagi dengan pembelajaran tatap muka yang masih terbatas, guru harus merancang kegiatan pembelajaran tetapi tetap harus mempertimbangkan protocol Kesehatan.

 

  3. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan Apa yang Anda                      perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan dapat mengakses dukungan tersebut.

    Hal yang paling dibutuhkan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah pengetahuan tentang pembelajaran berdiferensiasi itu sendiri. Bagaimana itu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Sudah menjadi tugas guru untuk menuntun dan membimbing siswa, memenuhi semua kebutuhan belajarnya. Jadi, guru harus kreatif dan mampu berinovasi  atau memodifikasi pembelajaran untuk mengupayakan agar seluruh siswa dapat menerima dan menyerap materi dengan baik. Selama itu demi pemenuhan kebutuhan siswa, bagi saya tidak masalah asal juga tidak menyalahi aturan yang ada. Dukungan yang paling dibutuhkan adalah pengetahuan itu sendiri, kemudian kemauan untuk menerapkan strategi tersebut. Kami butuh kerjasama dari seluruh warga sekolah untuk berbagi pengalaman tentang kegiatan pembelajaran,  permasalahan yang dihadapi dan cara menanganinya. pengalaman-pengalaman tersebut dapat kami kolaborasikan dan membentuk suatu rancangan pembelajaran berdiferenasiasi, untuk menangani permasalahan setiap anak di dalam kelas, sehingga saya dapat menerapkan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan semua murid yang ada dikelas saya. Yang terpenting adalah dukungan kepala sekolah sebagai penanggung jawab penuh segala kegiatan di sekolah. Dan kami berharap kepala sekolah dapat memfasilitasi kami untuk melaksanakan kegiatan pelatihan bagaimana memberikan pembelajaran yang dapat memenuhi segala kebutuhan murid dan berpihak kepada murid dan merdeka belajar. 


 

Salam Bahagia

CGP_Angk.3 Kabupaten Majene

 

 

 


Aksi Nyata Modul 1.4.a.10 Budaya Positif

Membentuk Budaya Positif dengan Kesepakatan Kelas dan Kegiatan - kegiatan Positif

A.  Latar Belakang

      Menurut Ki Hajar Dewantara, Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai anggota masyarakat maupun sebagai dirinya sendiri. Dalam proses menuntun, pendidik ibarat seorang petani yang tidak dapat merubah kodrat padi menjadi jagung ataupun sebaliknya, petani hanya dapat merawat benih dengan sebaik-baiknya agar menjadi tumbuhan yang berkualitas. Begitu pula pendidik, seorang pendidik hanya dapat memberikan tuntunan dan pembelajaran yang baik agar murid dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul. 
    Dalam Proses pembelajaran di sekolah, seorang pendidik haruslah mampu menciptakan lingkungan yang positif serta budaya yang positif. Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, Di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter peserta didik ke arah yang positif. Budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas yang akan berdampak pada budaya positif di sekolah dan berperan dalam visi sekolah. Mewujudkan budaya positif harus dilakukan sejak dini mengingat dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama dan konsisten dari setiap stakeholder yang ada. Sebagai seorang pendidik, tentu memiliki peran yang besar dalam mewujudkan disiplin positif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, guru dapat menerapkan budaya positif seperti bekerja sama dengan rekan sejawat, berinteraksi secara akrab dengan peserta didik, menerapkan sikap disiplin dan bertanggung jawab serta menjadi teladan bagi peserta didik. Sedangkan di lingkungan kelas, salah satu langkah yang guru dapat lakukan adalah membangun budaya positif melalui komunikasi efektif.
        

B. Deskripsi Aksi Nyata

    Tujuan :
  1. Menerapkan budaya positif di kelas dan disekolah sehingga dapat menumbuhkan karakter baik pada siswa seperti mandiri, tanggung jawab, percaya diri, dan saling menghargai.
  2. Memberikan  pengalaman belajar bagi guru dan siswa seperti menunjukkan kepedulian, mengontrol diri sendiri dan orang lain, 
  3. Menjaga motivasi dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
  4. Menciptakan lingkungan yang positif bagi murid dan seluruh warga sekolah. 
    Tolak Ukur  :
  1. Terbentuknya "Keyakinan Kelas" melalui kegiatan kesepakatan kelas yang dilakukan bersama guru kelas dan murid
  2. Murid dan guru konsisten dalam menjalankan keyakinan kelas yang sudah disepakati
  3. Adanya karakter baik dalam diri siswa seperti kemandirian, tanggung jawab, percaya diri dan saling menghargai saat kegiatan  pembelajaran  berlangsung
  4. Keaktifan siswa di dalam kegiatan pembelajaran
  5. Terciptanya lingkungan yang nyaman bagi murid dan seluruh warga sekolah.
    Rencana aksi nyata penerapan budaya positif:
  1. Membuat kesepakan kelas untuk melatih disiplin positif murid. 
  2. membuat komunitas praktisi untuk meningkatkan kerjasama dan kolaborasi guru dalam merancang dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam proses belajar mengajar.
  3. Giat jumat, giat jumat ini kegiatan-kegiatan positif bagi murid seperti, jumat ibadah dengan kegiatan shalat dhuha berjamaah, jumat bersih dengan kegiatan kerja bakti, jumat sehat dengan kegiatan senam dan jumat ceria dengan kegiatan lomba.
  4. Sedekah koin, sedekah koin ini bertujuan mengajarkan dan memberikan pembiasaan kepada murid untuk berbagi dan peduli denga orang lain dengan sedekah
  5. Perayaan hari-hari besar islam untuk meningkatkan iman dan takwa.
  6. Memperingati hari-hari nasional untuk meningkatkan rasa nasionalisme.
    Dari ke enam rencana aksi nyata tersebut diatas, poin 3 sampai 6 adalah rencana aksi nyata untuk jangka panjang, dan semoga rencana aksi nyata tersebut dapat menjadi budaya di sekolah untuk sekarang dan masa yang akan datang. 

    Langkah - langkah aksi nyata :

  1. Menyusun program kegiatan
  2. Koordinasi dengan kepala sekolah tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
  3. Melakukan revisi rencana kegiatan hasil konsultasi dengan kepala sekolah
  4. Melaksanakan tindakan aksi nyata
  5. Melakukan evaluasi dan refleksi
  6. Melaporkan hasil kegiatan kepada kepala sekolah terkait perkembangan program kegiatan yang telah disusun dan dilaksanakan.

C. Hasil Aksi Nyata

      Dari beberapa aksi nyata yang telah diterapkan, ada beberapa hasil yang tampak 
  1. Murid tampak antusias dalam mengemukakan pendapat tentang sekolah yang mereka impikan. 
  2. Murid antusias dalam membentuk kesepakatan kelas
  3. Rekan sejawat menyatakan mendapatkan hal baru terkait dengan kesepakatan kelas. 
  4. Terwujudnya kolaborasi antar guru dan kepala sekolah
  5. Terciptanya kingkungan yang nyaman bagi murid.
  6. Murid berdisiplin dalam mengikuti pembelajaran, tetapi tetap nyaman dan merasa  aman.
  7. Murid menunjukkan sikap religius dengan selalu rajin berdoa setiap akan memulai kegiatan dan giat dalam melaksanakan shalat dhuha berjamaah.
  8. Murid menunjukkan sikap saling menghargai dan sopan.
  9. Murid menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan serta saling membantu dalam kebaikan.
  10. Murid bersegera mengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan.
  11. Poster menjadi sarana membentuk Budaya Disiplin yang disepakai seluruh murid  dalam kelas.

E. Dokumentasi 





















Refleksi Terbimbing - Budaya Positif Modul 1.4.a.6.1

 Budaya Positif

1. Konsep inti Budaya Positif
    A. Disiplin Positif 

     Mendengar kata disiplin, kadang yang terlintas dibenak kita adalah tata tertib, aturan, patuh, teratur dan pelanggaran. Kadang, kata disiplin juga dihubungkan dengan hukuman  padahal disiplin belum tentu ada hukuman, apalagi untuk disiplin positif, dalam disiplin positif hukuman hanya menjadi alternatif terakhir untuk melakukan pendisiplinan,  bahkan bisa jadi hukuman tidak terpakai sama sekali dalam proses pendisiplinan tersebut.

    Makna kata disiplin adalah sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan.  Untuk menerapkan disiplin maka biasanya akan berhubungan dengan ketidak nyamanan. Akan tetapi untuk mendapatkan kemerdekaan atau kesuksesan, maka kunci utamanya adalah disiplin. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri. Disiplin itu sendiri dapat dipicu dari motivasi internal maupun motivasi eksternal. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan disiplin diri kita bisa belajar bagaimana mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai. Seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

    Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

    Ada 3 Motivasi yang  mempengaruhi Perilaku Manusia

a. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman 

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini berarti mereka sebenarnya berperilaku hanya karena ingin menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. 

b. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini maka mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. 

c. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan        nilai-nilai yang mereka percaya

    Jika seseorang berperilaku dengan alasan ini maka mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

     Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab.  Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Lazimnya disiplin dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid. Ada beberapa ilusi dalam penerapan disiplin yang perlu diluruskan antara lain  : 

  • Ilusi guru mengontrol murid. 

  • Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat. 

  • Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter. 

  • Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.

      B. Posisi Kontrol 

   Ada 5 posisi kontrol yang dapat dilakukan guru ataupun orang tua terhadap anak baik di sekolah maupun dirumah antara lain :

1. Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang- orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. 

2. Pembuat Orang Merasa Bersalah

pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri.

3. Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang.

4. Monitor / pemantau
Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau.

5. Manajer

Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.


C. Kebutuhan Dasar Manusia 

Ada lima kebutuhan dasar manusia antara lain

  • Kebutuhan bertahan hidup

          Kebutuhan ini bersifat fisiologis yang berhubungan dengan kesehatan, rumah, pakaian dan kebutuhan primer lainnya.
  • Cinta dan kasih sayang atau kebutuhan untuk diterima

  Kebutuhan ini bersifat psikologis yang berhubungan dengan mencintai dan menyayangi  meliputi kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman, keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan kelompok dimana kita tergabung.
  • Penguasaan atau kebutuhan pengakuan atas kemampuan

         Kebutuhan ini juga bersifat psikologis kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri. Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati. 
  • Kebebasan atau kebutuhan akan pilihan

          Kebutuhan ini masih bersifat psikologis yaitu kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik
  • Kesenangan atau kebutuhan untuk merasa senang

Kebutuhan ini pun masih termasuk kebutuhan psikologis yaitu tentang kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa.


    D. Keyakinan Kelas

Keyakinan adalah nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. 

Pembentukan Keyakinan Kelas: 

  • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 

  • Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal. 

  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif. 

  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas. 

  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. 

  • Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 

  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu


       E. Segitiga Restitusi 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang.

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.

Ada tiga tahapan dalam melakukan persiapan untuk melakukan restitusi, antara lain :

  • Menstabilkan Identitas/Stabilize the identity 

  • Validasi Tindakan yang Salah/ Validate the Misbehavior 

  • Menanyakan Keyakinan/Seek the Belief

2. Pengalaman yang berkaitan dengan konsep inti budaya positif.

    Terkait dengan konsep inti budaya positif, selama ini sudah ada beberapa konsep yang telah kami terapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, meskipun secara konsep kami baru memahaminya saat ini. Konsep budaya positif yang sering kali kami lakukan adalah terkait dengan posisi kontrol. Posisi kontrol yang sering saya lakukan adalah posisi kontrol sebagai pembuat orang merasa bersalah, teman dan pengawas atau monitor. Ketiga posisi ini sangat sering saya lakukan dalam menangani permasalahan - permasalahan di kelas maupun di sekolah. Namun tidak dapat dipungkiri  posisi kontrol sebagai penghukum dan manajer pun sesekali kami terapkan. 

   Contoh nyata dari penerapan posisi kontrol di kelas saya adalah untuk menangani murid saya dan yang sering terlambat dan jarang masuk kelas, sebut saja namanya Afgan. Awalnya Afgan terlambat, dan saya mengira bahwa ini adalah hal biasa karena terlambat bangun seperti anak-anak pada umumnya. Akan tetapi sama terulang dan terulang lagi. Kemudian saya mencoba mendekati anak kemudian memcoba berkomunikasi anak dengan bertanya masalah yang dihadapi sehingga anak tersebut terlambat hadir di sekolah. Saya mencoba membuat anak tersebut merasa bersalah untuk menyadari atas perilaku yang telah dilakukannya. 

      Untuk membangun kedisiplinan murid saya terkait dengan kedatangan mereka tepat waktu disekolah, saya membuat absen mandiri di kelas, absen mandiri ini terdiri dari 3 paket yaitu absen mandiri itu sendiri, daftar urut kehadiran dan jam hadir anak di sekolah. Dengan absen mandiri ini, selain disiplin murid juga belajar untuk jujur terhadap dirinya sendiri, karena merekalah yang menunjukkan sendiri jam kehadiran dan daftar urut kehadiran mereka setelah tiba di dalam ruang kelas. Dengan adanya absen mandiri ini, anak-anak terdorong untuk datang kesekolah tepat waktu, bahkan hadir lebih awal karena mereka berlomba untuk menempati posisi pertama di absen mandiri tersebut. 

        

3. Penerapan Segitiga Restitusi yang pernah saya lakukan

    Penerapan restitusi yang pernah saya lakukan adalah restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri. Dalam penerapannya, seperti pada kasus murid saya yang bernama Afgan, saya mencoba berbicara dengan dia, dengan membuat dia merasa bersalah agar dia bisa menyadari perilaku yang telah dia lakukan. Saya mencoba menuntun dia untuk melihat ke dalam dirinya, dengan mengajukan pertanyaan seperti "Cita-cita kamu apa ?", "Dengan perilaku kamu yang seperti ini, kira-kira bisakah kamu meraih apa yang kamu inginkan ?" , "Ada tidak manfaat yang kamu dapat jika kamu berperilaku seperti ini ?", . Tahapan ini menggambarkan tentang kegiatan validasi tindakan yang salah.

       

4. Perubahan yang terjadi setelah mempelajari tentang Budaya Positif

     Banyak hal berubah dalam perilaku maupun tindakan dalam mengelola kelas saya setelah mempelajari budaya positif. Hal pertama yang saya lakukan adalah membuat kesepakatan kelas. Kedua penanganan terhadap murid yang melakukan kesalahan, dengan mencoba memahami apa kebutuhan murid  tersebut sehingga mereka berprilaku seperti itu. Ketiga, membuat kelas menjadi tempat yang nyaman bagi murid dengan mengajak murid untuk berkreasi bersama menghiasi kelas agar tampak lebih indah dan membuat hati murid menjadi lebih senang berada di dalam kelas. 

5. Pentingnya Budaya Positif untuk seorang pemimpin pembelajaran

      Untuk mewujudkan budaya positif di sekolah, perlu menggandeng semua pihak untuk menjadi pelaku dan pemangku kepentingan yang berkontribusi mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid. Prinsip perubahan menurut Ki Hajar Dewantara di kenal dengan trikon yaitu kontiniu atau berkesinambungan, konvergen atau kesamaan, universal, titik temu dan konsentris atau kontekstual.

  Konsep inti budaya positif sangatlah penting untuk seorang pemimpin pembelajaran, karena dengan memahami makna dari budaya positif agar mereka mampu menempatkan dirinya sesuai dengan tupoksinya, mampu memahami kebutuhan peserta didik dan seluruh warga sekolah serta mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman bagi murid dan warga sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan pelajar profil pancasila.


6.  Hal yang bisa saya lakukan untuk membuat dampak/perbedaan  di                   lingkungan

  • Membulatkan tekad untuk melakukan perubahan baik di lingkungan sekolah
  • Bekerja keras dan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan teman-  teman sejawat tentang rencana kegiatan untuk menumbuhkan budaya positif sekolah
  • Melakukan koordinasi dengan komite sekolah tentang kegiatan menumbuhkan budaya positif 
  • Melakukan sosialisasi dengan orang tua siswa tentang program kegiatan penumbuhan karakter 

7.  Hal penting yang perlu dipelajari untuk menciptakan budaya positif di             kelas atau disekolah

     a. Bagaimana mengembangkan budaya positif

     b. Bagaimana menumbuhkan kerja sama tim untuk mewujudkan visi sekolah

8.  Langkah awal yang akan saya lakukan di sekolah setelah mempelajari           budaya positif

      Langkah awal yang akan saya lakukan setelah mempelajari budaya positif

a. Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah 

b. Melakukan rapat penyusunan kegiatan untuk menumbuhkan budaya positif

c. Menebarkan kebaikan dan contoh baik 


VISI GURU PENGGERAK

 Tugas Modul 1.3.a.4.2  Forum Diskusi Asinkron 
Visi Guru Penggerak




    Visi adalah gambaran harapan kita yang akan datang.  Visi dapat juga dikatakan sebagai cita-cita kita dimasa depan. Visi adalah sesuatu yang belum terwujud  namun kita menyakininya akan terwujud dimasa depan.  Visi diibatarkan sebagai sebuah pedoman agar kita sampai pada tujuan kita. 
    Sebagai seorang guru tentu kita selalu menginginkan agar sekolah dapat menjadi tempat yang nyaman, aman bermakna bagi murid. Namun pada kenyataannya, keinginan yang sangat sederhana itu bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan. Untuk mewujudkannya perlu dilakukan perubahan-perubahan yang mendasar terhadap budaya-budaya sekolah yang telah mendarah daging. Dan tentu saja upaya yang dilakukan haruslah konsisten. Untuk melakukan perubahan itulah dibutuhkan visi agar kita memiliki pedoman dalam menyusun langkah-langkah yang akan kita lakukan untuk mencapai tujuan.
      Salah satu cara untuk mewujudkan visi adalah dengan menggunakan pendekatan Inquiri Apresiatif (IA).  Inquiri Apresiatif adalah pendekatan managemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan.. Pendekatan ini dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreatifitas, serta menyatukan orang dengan yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Inquiri Apresiatif berbeda dengan proses manajemen yang biasa, IA lebih berfokus pada kekuatan yang dimiliki oleh setiap anggota kemudian menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan yang lebih besar. 
        Untuk menerapkan Inquiri Apresiatif di sekolah, dapat diawali dengan mengidentifikasi hal-hal baik yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana cara mempertahankannya dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik. Hal-hal positif tersebut dianggap sebagai kekuatan sekolah, kemudian sekolah akan menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah.
        Dalam Bahasa Indonesia Inquiri Apresiatif (IA)  disebut sebagai BAGJA  atau singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi. 

Langkah-langkah dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang kita impikan berdasarkan tahapan BAGJA, antara lain  :
  1. Buat pertanyaan utama, yaitu merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau diimpikan.
  2. Ambil pelajaran, yaitu mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut.
  3. Gali mimpi, yaitu menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi dilingkungan pembelajaran.
  4. Jabarkan rencana, yaitu merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. 
  5. Atur eksekusi, yaitu memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan diajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya untuk mewujudkan visi perlahan-lahan.
    Dalam penerapan BAGJA tentunya akan mengalami kendala-kendala, tetapi kita harus terus percaya bahwa pendekatan positif akan memvuahkan hasil yang luar biasa. itu adalah kebiasaan baru. 


Salam Bahagia untuk kita semua
dari Calon Guru Penggerak



REFLEKSI TERBIMBING MODUL 1.2

NILAI - NILAI DAN PERANG GURU PENGGERAK


Nilai nilai guru penggerak antara lain :

1. Mandiri 

   Mandiri berarti seorang guru penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. guru penggerak yang mandiri berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri.

2. Reflektif

     Reflektif berarti seorang guru mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Guru penggerak yang memiliki nilai reflektif adalah orang yang mau membuka diri terhadap pengalaman baru yang dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu di kembangkan. 

3. Kolaboratif

     Kolaboratif berarti seorang guru penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap pemangku kepentingan yang di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh  masing-masing pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.

4. Inovatif 

      Inovatif berarti seorang guru penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. seorang guru penggerak yang mempunyai nilai inovatif, akan mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

5. Berpihak pada murid

     Berpihak pada murid berarti seorang guru penggerak selalu bergerak mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Guru penggerak yang memiliki nilai berpihak kepada anak akan selalu mulai berpikir dari pertanyaan "apa yang murid butuhkan ?" , "aapa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik  ?". 


Peran guru penggerak, adalah

1. Menjadi pemimpin pembelajaran 

     Pemimpin pembelajaran berarti seorang guru penggerak seorang pemimpin yang menitikberatkan pada komponen yang terkait erat dengan pembelajaran, seperti kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, pengembangan guru, serta komunitas sekolah. Seorang guru penggerak diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada murid dengan memperhatikan segenap aspek pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang murid.

2. Menggerakkan komunitas praktisi

      Menggerakkan komunitas praktisi berarti seorang guru guru penggerak harus mampu berpartisipasi aktif dalam membuat komunitas belajar untuk para rekan guru baik di sekolah maupun di wilayahnya. 

3. Menjadi coach bagi guru lain.

    Menjadi coach bagi guru lain berarti seorang gur penggerak harus mampu menjadi coach dan mentor bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah, serta mampu mendeteksi aspek-aspek yang bisa ditingkatkan dari teman sejawatnya. Seorang guru penggerak diharapkan mampu merefleksikan hasil pengalamannya sendiri serta guru lain untuk dijadikan poin peningkatan untuk pembelajaran serta mampu memantau perkembangan dari rekan guru lain tersebut.

4. Mendorong kolaborasi antar guru.

      Mendorong kolaborasi antar guru berarti seorang guru penggerak harus mampu membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Seorang guru penggerak diharapkan  mampu memetakan para pemangku kepentingan di sekolah,  diluar sekolah serta membangun dialog antar para pemangku kepentingan tersebut.

5. Mewujudkan kepemimpinan murid

      Mewujudkan kepemimpinan murid berarti seorang guru penggerak harus mampu mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. Diharapkan seorang guru penggerak membantu para murid ini untuk mandiri dalam belajar, serta mampu memunculkan motivasi murid untuk belajar, juga mendidik karakter murid di sekolah.

Setelah melewati rangkaian pengalaman belajar secara mandiri tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak, kali ini kami dituntun untuk meninjau kembali perjalanan pencarian jati diri sebagai Guru Penggerak. kami diminta untuk mengingat kembali  jawaban  pada bagian Mulai Dari Diri, terutama pada bagian nilai dan peran . kami terus dituntun untuk merenungkan kembali rangkaian pengalaman belajar yang telah kami lalui kemudian diminta menjawab  pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)

  2. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!

  3. Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang? 

  4. Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!

  5. Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?

  6. Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?

  7. Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?

Dan jawaban saya adalah sebagai berikut :

1. Nilai - nilai yang ada pada diri saya adalah :

a. Memiliki tekad yang kuat

Guru saya pernah berkata kepada saya bahwa dimana ada kemauan pasti ada jalan. Hal itulah yang membuat saya menjadi percaya diri jika menghadapi suatu masalah atau ketika diberikan tanggung jawab. Yang penting ada kemauan maka hati kita akan menuntun kita untuk menemukan jalan keluarnya.

b. Bertanggung jawab  

Guru saya pernah berkata jika kamu melakukan kesalahan maka kamu harus bertanggung jawab terhadap semua kesalahan yang kamu lakukan. bukan hanya jika melakukan kesalahan, tetapi juga ketika kamu diberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu. salah satu kunci dari keberhasilan adalah jika kamu menjadi orang yang bertanggung jawab, jangan pernah kecewakan orang yang telah memberikan kamu kepercayaan. Itu salah satu pegangan saya ketika saya diberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu, saya tidak ingin mengecewakan orang yang percaya kepada saya sehingga saya harus melakukan tugas saya dengan rasa penuh tanggung jawab.

c. Mandiri 

Saya senang bekerja dan membantu orang lain karenanya saya menjadi orang yang mandiri. semua hal yang saya butuhkan sebisa mungkin saya kerjakan sendiri. 

2. Setelah saya mengetahui nilai-nilai dari guru penggerak, saya merasa masih banyak kekurangan dan belum optimal dalam menerapkan nilai-nilai tersebut terutama reflektif dan berpihak kepada murid. Dalam proses belajar mengajar terkadang lebih cenderuang saya mendominasi kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran berpusat kepada guru. Setelah belajar di Program Guru Penggerak ini saya sadar bahwa apa yang selama ini saya lakukan adalah keliru seharusnya saya dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. Saya kurang dalam menerapkan nilai reflektif sehingga saya tidak menyadari bahwa apa yang saya lakukan selama ini adalah hal yang keliru. Saya hanya berfokus bagaimana agar kegiatan pembelajaran yang saya lakukan dapat menuntun anak untuk mencapai nilai KKM dan selalu ingin mengejar target kurikulum. Tetapi sekarang saya bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk belajar di Program Guru Penggerak ini sehingga saya dapat memperbaiki kekeliruan saya dalam merancang kegiatan pembelajaran. 


3. Nilai nilai guru penggerak yang sudah saya miliki adalah 

a. Mandiri 

    Sejak dari bangku sekolah, saya sangat senang bekerja.  Jika ada yang dikerjakan oleh orang lain maka tanpa diminta saya akan turun tangan untuk membantu. mungkin karena hal itulah sehingga di beberapa kegiatan sekolah saya diberi kepercayaan untuk menjadi seorang pemimpin. Meskipun awalnya sempat menolak karena tidak percaya diri tetapi karena dorongan dan motivasi dari guru saya maka saya berani menerima tanggung jawab tersebut. Karena kegiatan-kegiatan tersebut kemudian melatih saya menjadi seorang yang mandiri. Semua hal berusaha saya kerjakan sendiri. untuk menjadi seorang pemimpin maka mau tidak mau saya harus berusaha agar memiliki pengetahuan lebih dari anggota saya karenanya saya terus belajar dengan tekun agar dapat memikul tanggung jawab yang diberikan kepada saya. Sampai saat ini, kebiasaan suka bekerja, membantu orang lain dan suka dengan hal-hal baru masih sama saya senantiasa belajar dan terus belajar agar dapat terus mengembangkan diri dan agar dapat membantu teman-teman saya jika mereka meminta bantuan saya, jika saya tidak tau, maka saya terdorong lagi untuk terus belajar. Saya selalu ingin mengembangkan potensi yang ada pada diri saya tanpa bergantung kepada orang lain.

b. Kolaboratif 

       Pengalaman menjadi seorang pemimpin melatih saya menjadi orang yang senantiasa harus dapat berkolaborasi dengan orang lain. Dan sekarang alhamdulilah kembali diberikan kepercayaan untuk menjadi ketua KKG di wilayah 2 Kecamatan Malunda. Sebagai seorang ketua, saya dituntut untuk mampu berkolaborasi dengan guru-guru lain serta pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan.  Saya selalu berusaha menjaga komunikasi  dan hubungan kerjasama yang positif terhadap semua pihak demi kemajuan pendidikan.

c. Inovatif

     Kebiasaan saya yang suka dengan hal-hal baru membuat saya terkadang melakukan hal-hal yang berbeda khususnya dalam kegiatan belajar mengajar saya. kalaupun saya tidak memciptakan ide baru paling tidak saya melakukan modifikasi dari hal-hal yang sudah ada. Dalam proses belajar mengajar saya senang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, namun menggunakan model ini secara terus menerus tentu akan membuat saya dan murid saya jenuh, karena itu terkadang saya menggunakan model ini dengan menginstruksikan kepada murid saya agar menyelesaikan masalah yang saya berikan dengan menjawab TTS atau dengan menyusun puzzle.


4. Nilai- nilai guru penggerak yang perlu saya tingkatkan adalah nilai reflektif dan nilai berpihak  pada murid. Selama ini saya kurang menerapkan dua nilai - nilai ini karena saya terlalu fokus sama pencapaian target kurikulum. Saya terlalu fokus mengacu pada kurikulum agar dapat tercapai tepat waktu sesuai dengan program semester yang telah saya susun. saya jarang melakukan refleksi untuk kemudian memperbaiki kegiatan pembelajaran saya sehingga saya tidak memperhatikan  apa yang sudah baik, apa yang kurang, apa yang perlu tingkatkan dan apa yang perlu dihindari atai ditinggalkan dalam kegiatan pembelajaran saya. 


5. Setelah saya mengetahui peran seorang guru penggerak ada rasa was-was dalam hati saya menjadi seorang guru penggerak bukanlah hal yang mudah, mau tidak mau seorang guru penggerak harus mampu menjadi seorang pemimpin pembelajaran,  dapat menggerakkan oranglain dan komunitas, harus mampu menjadi coach bagi guru yang lain dan juga harus mampu mendorong kolaborasi antar guru dan saya sadar itu semua bukanlah pekerjaan yang mudah. Tetapi selain itu, ada rasa bangga yang timbul dari dalam hati saya karena saya memiliki kesempatan untuk bergabung dengan guru-guru hebat untuk menjadi agen perubahan dalam pendidikan semoga kelak saya mampu mengemban tugas berat tersebut. 


6. Yang dapat saya lakukan untuk menguatkan peran dan nilai-nilai guru penggerak  adalah 

  • Terus mengembangkan diri dengan Belajar untuk menambah wawasan saya dengan melakukan literasi digital secara mandiri maupun melalui pelatihan. 
  • Merubah mindset dan meningkatkan komitmen yang kuat untuk berinovasi, berkarya dan bergerak serta menggerakkan komunitas agar termotivasi untuk mengembangkan dirinya
7. Yang dapat menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai guru penggerak dalam diri saya adalah 

  • Kurangnya rasa percaya diri dalam mengemukakan ide ataupun membuat keputusan.
  • Masih sulit mengatur waktu antara tugas utama saya sebagai guru, tugas tambahan saya  dan juga tugas sebagai seorang ibu rumah tangga.